Curah Hujan Tinggi Akibatkan Banjir Parah dan Tanah Longsor di China, Ratusan Orang dilaporkan Tewas

- 22 Juli 2021, 13:30 WIB
Situasi banjir di China.
Situasi banjir di China. /Foto : Reuters/Aly Song/

JURNALSUMSEL.COM - China tengah dilanda banjir yang diakibatkan oleh hujan deras.

Akibat banjir tersebut, kereta bawah tanah pun terendam dan tidak dapat beroperasi.

Pemerintah China memerintahkan kepada pemerintah setempat untuk segera meningkatkan pengendalian banjir transit di perkotaan.

Dengan tanggapan darurat setelah belasan orang tewas di kereta bawah tanah yang terendam di tengah hujan lebat yang terus melanda China tengah.

Baca Juga: CPNS 2021: Latihan Soal TWK, TIU, TKP Jelang Tes SKD Oktober Mendatang

Sebelumnya, artikel ini telah lebih dulu terbit di PR Bekasi dengan judul "Alami Rekor Curah Hujan Tinggi Selama 1.000 Tahun, China Dilanda Banjir Parah".

Banjir ini juga menewaskan ratusan orang di provinsi Henan, dan 12 orang terjebak di kereta bawah tanah.

Diberitakan bahwa curah hujan tinggi tersebut merupakan yang pertama kali dalam 1.000 tahun terakhir.

Berdasarkan data yang diterima oleh badan meteorologi China, telah terjadi curah hujan tinggi dengan intensitas 617.1 milimeter di Zhengzhou, provinsi Henan pada Sabtu, 17 Juli 2021 hingga Selasa, 20 Juli 2021.

Baca Juga: Adegan Akad Nikah di Sinetron Bisa Sah Sesuai Syariat, Ustadz Adi Hidayat: Hati-hati

Angka curah hujan tersebut diketahui sama dengan angka rata-rata curah hujan tahunan di kawasan tersebut.

“Curah hujan di Zhengzhou selama tiga hari berada pada tingkat yang hanya terlihat" sekali dalam seribu tahun," kata ahli meteorologi setempat, dikutip dari News 18, Kamis, 22 Juli 2021.

Banjir tersebut telah merusak beberapa fasilitas public di Zhengzhou seperti kereta bawah tanah, bendungan, serta merendam ribuan rumah.

Selain banjir, curah hujan yang tinggi membuat terjadinya beberapa tanah longsor di kawasan tersebut.

Baca Juga: Minta Perlakuan Istimewa saat Covid-19, Anggota DPR RI Jadi Wakil Rakyat Cuma Saat Kampanye

Tak hanya itu, bencana tersebut juga telah menewaskan ratusan orang, salah satunya dalam insiden kereta bawah tanah yang tenggelam akibat banjir.

China diketahui secara historis telah mengandalkan bendungan, tanggul, dan waduk untuk mengontrol aliran air.

Sekitar 30 miliar meter kubik air banjir dicegat tahun lalu oleh bendungan dan waduk di sungai terpanjang di Asia, Yangtze yang terbukti telah mengurangi banjir di daerah hilir termasuk Shanghai.

Tetapi skema pengelolaan air yang luas di negara itu tidak mampu menahan semua banjir sementara ada pertanyaan tentang ketahanan bendungan yang dibangun beberapa dekade lalu.

Baca Juga: India Laporkan Lebih dari 45.000 Kasus Penyakit Jamur Hitam, 4.200 Orang di Antaranya Meninggal Dunia

Pada Selasa malam, tentara China telah memperingatkan sebuah bendungan yang rusak di provinsi Henan bisa runtuh kapan saja setelah hujan deras.

Untuk menghindari masalah yang lebih serius, tentara China terpaksa meledakkan sebuah lubang di bendungan untuk melepaskan air dan berlomba untuk memperkuat tanggul lain dengan karung pasir di seluruh provinsi.

Beban bendungan China kemungkinan akan bertambah karena perubahan iklim membuat peristiwa cuaca ekstrem lebih sering terjadi.

“Saat atmosfer Bumi menjadi lebih hangat, ia menahan lebih banyak uap air, membuat hujan lebih deras,” kata Benjamin Horton, direktur Observatorium Bumi Singapura.

Li Shuo, seorang analis iklim untuk Greenpeace Asia Timur, mengatakan bahwa banjir tersebut merupakan sebuah alarm peringatan untuk pemerintah China bahwa mereka harus segera mencegah perubahan iklim yang lebih parah lagi.

Baca Juga: Airlangga Hartanto Sebut Penggantian Nama PPKM Darurat Merupakan Usulan dari Gubernur, WHO, dan Publik

Selain perubahan iklim, pembangunan negara yang pesat dan urbanisasi yang berbahaya juga memperburuk banjir.

Pembangunan di kawasan perkotaan yang sangat pesat telah menutupi semakin banyak tanah dengan beton kedap air.

Hal tersebut dapat meningkatkan risiko penumpukan air yang cepat di permukaan selama hujan lebat tanpa tempat untuk mengalirkan air.

Tak hanya itu, beberapa danau besar di negara itu telah berkurang ukurannya secara drastis sehingga tidak dapat menampung kapasitas air yang banyak.***(Rivan Muhammad/PR Bekasi)

Editor: Aisa Meisarah

Sumber: PR Bekasi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah