Junta Militer Berkuasa di Myanmar, Muslim Rohingnya Takut: Tindakan Kekerasan Berlanjut

- 14 Februari 2021, 08:00 WIB
Kelompok etnis Rohingnya
Kelompok etnis Rohingnya /Reuters/MOHAMMAD PONIR HOSSAIN/REUTERS

Mereka yang merupakan Muslim Rohingnya sebagian besar teraniaya dan menghabiskan bertahun-tahun di kamp pengungsian, tanpa kebebasan bergerak atau akses ke perawatan kesehatan.

Kembalinya militer memimpin pemerintahan Myanmar semakin membuat Muslim Rohingnya di Myanmar semakin takut karena mereka beranggapan kekerasan akan semakin berlanjut.

Baca Juga: Berikan Sanksi Kepada Pemimpin Kudeta Militer Myanmar, Joe Biden: Pelanggaran Terhadap Muslim Rohingnya

Baca Juga: Mengenal Terapi Kognitif Perilaku CBT, Cara Memulihkan Depresi Pasien Covid-19 Rekomendasi Psikiater

Kelompok hak asasi manusia (HAM) bahkan menyebut kelompok minoritas Muslim Rohingnya itu hidup dalam kondisi apartheid.

Muslim Rohingnya masih belum pulih dari tindakan kekerasan militer pada tahun 2017 yang menghancurkan seluruh desanya.

Tak hanya itu, sekitar 750.000 orang Rohingnya melarikan diri melintasi perbatasan ke Bangladesh dengan membawa laporan pemerkosaan dan pembunuhan di luar hukum.

Padahal, kembalinya pemerintahan Myanmar dipimpin oleh warga sipil, Muslim Rohingnya masih mempunyai harapan untuk kembali ke negaranya.

"Di bawah pemerintahan demokratis, kami memiliki sedikit harapan bahwa kami dapat kembali ke rumah lama kami," kata seorang remaja berusia 27 tahun, seperti dikutip Jurnal Sumsel dari AFP.

Baca Juga: Percepat Terciptanya Kekebalan Komunal, Vaksinasi Covid-19 Bagi Masyarakat Umum Akan Dilakukan Per Klaster

Halaman:

Editor: Mula Akmal

Sumber: AFP


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah