Pada hari Senin 8 Februari 2021, dalam pidatonya, pemimpin junta militer Min Aung Hlaing mengulangi tuduhan penipuan yang tidak terbukti dalam pemilu November lalu, yang dimenangkan oleh Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Suu Kyi dengan telak.
"Kami akan terus berjuang," kata aktivis pemuda Maung Saungkha.
Ia juga menyerukan pembebasan tahanan politik dan "kehancuran total kediktatoran".
Para aktivis juga mengupayakan penghapusan konstitusi yang memberikan hak veto kepada tentara di parlemen dan federalisme di Myanmar yang terpecah secara etnis.
Seorang aktivis generasi tua yang dibentuk selama protes yang ditindas dengan darah pada tahun 1988 menyerukan kelanjutan aksi mogok oleh pegawai pemerintah selama tiga minggu lagi.
Baca Juga: MUI Minta Penguasa Militer Myanmar Laksanakan Rosolusi PBB: Berikan Perlindungan Kepada Rohingnya
Baca Juga: Peringati Hari Pers Nasional 2021, Seskab Pramono Anung Beri Pesan Mendalam: Tetap Jaga Integritas!
Kemudian, gerakan pembangkangan sipil, yang dipimpin oleh pekerja rumah sakit juga berdampak pada penurunan angka tes virus Covid-19.
Padahal, Myanmar saat ini merupakan salah satu negara Asia Tenggara terparah dalam penyebaran Covid-19 dengan total 31.177 kematian dari lebih dari 141.000 kasus.***