Penanganan Covid-19 dinilai Kacau, Epidemiolog UI Sebut Indonesia Tak Ada Upaya Antisipasi

- 24 Juli 2021, 09:57 WIB
Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Dokter Pandu Riono.
Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Dokter Pandu Riono. /Foto: ANTARA/Cahya Sari//

Namun, penemuan varian Covid-19 yang paling berbahaya itu tidak diikuti dengan pengendalian peredaran masyarakat yang konsisten dan ketat.

Menurutnya varian ini muncul akibat pemerintah mengesampingkan penanganan pandemi dibanding faktor lain seperti ekonomi.

Menyinggung persoalan pelonggaran mudik 2021, Epidemiolog UI itu menyebutkan bahwa masifnya mobilitas penduduk yang jumlahnya dua kali lipat dibandingkan tahun lalu, menyebabkan masifnya penyebaran virus ni ke seluruh wilayah Indonesia.

“Sebenarnya virus Delta pada awal bulan Maret ditemukan. Februari, Maret, April, Mei itu masih tidak terlalu besar tapi begitu terjadi mobilitas penduduk yang demikian masif yang dua kali lipat dibandingkan tahun yang lalu, maka terjadilah penyebaran masif ke seluruh wilayah Indonesia,” katanya.

Mengutip informasi dari laman resmi Muhammadiyah, Sabtu, 24 Juli 2021, Pandu Riono menyampaikan bahwa meledaknya kasus di Kudus bersamaan dengan tingginya tingkat kematian yang kemudian, hampir terjadi di seluruh pulau Jawa merupakan konsekuensi dari pelonggaran mudik 2021.

Baca Juga: Peneliti Berhasil Temukan Beberapa Alasan Covid-19 Varian Delta Lebih Cepat Menyebar

Ia menyebutkan bahwa kenyataan tersebut terjadi karena Indonesia tidak memiliki National Response Plan.

“Seharusnya waktu itu, upayanya kalau betul-betul sudah ada tim nasional respon yang baik itu langsung dilakukan karantina wilayah di Kudus atau di Bangkalan, tetapi kita sampai sekarang, mohon maaf bahwa kita nggak punya National Response Plan,” ucapnya.

Menurutnya, ketidaksiapan negara dalam mengantisipasi kasus Covid-19 terlihat sebagai respons yang spontan, tumpang tindih, dan acak-acakan.

“Ya kita nggak punya roadmap bagaimana mengatasi pandemi. Sehingga, setiap respons adalah respons yang spontan, tumpang tindih. Jadi amburadul-lah. Jadi seperti acak-acakan kalau menurut saya. Ada begini langsung begini, ada sesuatu baru bereaksi,” katanya.

Halaman:

Editor: Aisa Meisarah

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x