Komitmen Mesir untuk Tegakkan Perjanjian Damai dengan Israel: Kami Melakukan Kesepakatan dengan Percaya Diri

- 14 Februari 2024, 08:03 WIB
Warga Palestina yang mengungsi, yang melarikan diri dari rumah mereka karena serangan Israel, berlindung di sebuah kamp tenda, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di perbatasan dengan Mesir, di Rafah, Jalur Gaza selatan, 8 Februari 2024.
Warga Palestina yang mengungsi, yang melarikan diri dari rumah mereka karena serangan Israel, berlindung di sebuah kamp tenda, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di perbatasan dengan Mesir, di Rafah, Jalur Gaza selatan, 8 Februari 2024. /REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa/

JURNALSUMSEL.COM - Sejumlah negara mencoba menghentikan serangan tentara Israel yang terus di jatuhkan di penjuru kota di Palestina, khususnya Gaza. Mesir merupakan salah satu negara yang aktif menyuarakan perdamaian untuk kedua belah pihak.

Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry, Senin (12/2), mengatakan bahwa negaranya berkomitmen untuk menegakkan perjanjian perdamaian dengan Israel.

"Ada perjanjian perdamaian antara Mesir dan Israel, yang telah berlaku selama 40 tahun terakhir, dan kami melakukan kesepakatan dengan percaya diri dan efektif dan akan terus melakukannya pada tahap ini," kata Shoukry.

Shoukry menyampaikan pernyataan itu dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Slovenia Tanja Fajon di ibu kota Slovenia, Ljubljana.

Baca Juga: Bantah Larangan Nyoblos di Luar Negeri, PPLN London Sebut Beberapa WNI Tak Penuhi Syarat Wajib Pencoblosan

Pernyataannya muncul setelah laporan sebelumnya di media AS yang mengeklaim bahwa pemerintah Mesir mengancam akan menangguhkan perjanjian perdamaian dengan Israel atas rencana serangan darat Israel di Rafah --kota di Palestina dekat perbatasan dengan Mesir.

Mesir menandatangani Perjanjian Camp David dengan Israel pada 1979 yang menyatakan Tel Aviv menarik diri dari Semenanjung Sinai.

Shoukry mengatakan pemerintah negaranya berusaha menjadi perantara kesepakatan antara Hamas dan Israel untuk pembebasan sandera dan mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.

Tentara Israel berencana melancarkan serangan darat di Rafah, wilayah yang ditinggali lebih dari 1,4 juta warga yang mengungsi dari perang, untuk mengalahkan kelompok yang disebut Tel Aviv sebagai "batalion Hamas" yang tersisa.

Warga Palestina mencari perlindungan di Rafah seiring dengan gempuran yang dilancarkan Israel di seluruh wilayah tersebut sejak 7 Oktober tahun lalu. 

Baca Juga: Ramalan Zodiak Libra Hari Ini, Rabu, 14 Februari 2024: Akan Dapat Imbalan dari Investasi Masa Lalu

Bombardemen Israel telah menewaskan lebih dari 28.340 orang serta menyebabkan kehancuran massal dan kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok.

Perang Israel di Gaza menyebabkan 85 persen penduduk di wilayah tersebut mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

Pada akhir 2023, Afrika Selatan mengajukan kasus ke Mahkamah Internasional (ICJ), dengan menuduh Israel tidak menjunjung komitmennya berdasarkan Konvensi Genosida 1948.

Dalam keputusan sementara Mahkamah Internasional pada Januari, pengadilan PBB tersebut memutuskan bahwa klaim Afrika Selatan masuk akal.

ICJ kemudian memerintahkan tindakan sementara bagi pemerintah Israel untuk menghentikan tindakan genosida, dan untuk mengambil tindakan yang menjamin bantuan kemanusiaan bisa sampai kepada warga sipil di Gaza.***

Editor: Aisa Meisarah

Sumber: Anadolu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x