JURNALSUMSEL.COM – Beberapa minggu terakhir terjadi pemadaman listrik secara besar-besaran yang dialami oleh beberapa kota besar di negara Iran, termasuk ibu kotanya, Teheran.
Peristiwa pemadaman lisrik ini menjadi semakin parah akibat fase pandemi Covid-19 yang terus memburuk di negara ini.
Uniknya, dalam beberapa hari pasca pemadaman listrik yang terjadi pemerintah pun mengeluarkan maklumat untuk menindak pelaku yang mereka sinyalir adalah dalang di balik kejadian ini, yaitu para penambang Bitcoin.
Aparat keamanan terkait diketahui menutup secara paksa 1.600 pusat pertambangan cryptocurrency yang beroperasi di seluruh negeri, termasuk yang beroperasi secara legal.
Beberapa pusat pertambangan ini diketahui menggunakan gudang, hingga gedung kosong yang diisi oleh berbagai mesin industri dan komputer berat guna menghitung dan memecahkan algoritma, atau yang lebih dikenal sebagai kegiatan “Penambangan mata uang kripto”.
Baca Juga: 14 Daftar Anime yang Diangkat Menjadi Live Action, Mana Anime yang Kamu Tunggu?
Kritik dan protes besar-besaran pun muncul pasca penutupan berbagai pusat pertambangan kripto di negara itu diberlakukan.
Kritik ini datang dari masyarakat hingga beberapa pakar Bitcoin yang menganggap pemerintah berlebihan dan hanya mencari kambing hitam untuk menutupi kesalahan mereka sendiri.
“Masyarakat Iran memahami nilai jaringan tanpa batas (bitcoin) melebihi yang lainnya. Hal ini terjadi karena kami tidak dapat menggunakan alat bayar global akibat ketegangan diplomatik yang ada,” ujar Ziya Sadr, pakar Bitcoin di Teheran, mengatakan kepada media setempat.