Mantan Penasihat AS Sebut Donald Trump: Ingin Bunuh Presiden Suriah al-Assad

16 Februari 2021, 13:15 WIB
Mantan Presiden AS, Donald Trump./ /Reuters/Eric Thayer

JURNALSUMSEL.COM- Mantan Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS, KT MacFarland memberikan pengakuan yang mengejutkan dunia.

MacFarland menyebut Mantan Presiden AS Donald Trump itu ingin membunuh Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Hal itu diungkapkan Macfarland selama wawancaranya dengan media Inggris BBC berjudul "Trump Takes on the World".

McFarland mengatakan hal itu terjadi beberapa minggu setelah Trump menjabat sebagai presiden pada 2017.

Menurut McFarland, saat itu Trump bersikeras bahwa dia akan mengalahkan al-Assad setelah melihat foto-foto dugaan serangan gas Sarin terhadap warga sipil Suriah.

Baca Juga: West Ham Naik ke Posisi Empat Klasemen Usai Gilas Sheffield United 3-0

Baca Juga: Donald Trump Bebas dari Pemakzulan, Ketua DPR AS Nancy Pelosi: Partai Republik Pengecut!

"Saya berkata, 'Tuan Presiden, Anda tidak bisa melakukan itu'. Dia berkata 'kenapa?' Dan saya berkata 'ya, itu adalah tindakan perang", kata Macfarland, seperti dikutip dari The Independent, Senin, 15 Februari 2021.

Lantas, kata McFarland, Donald Trump memelototi dirinya serta melipat tangannya dengan cara Donald Trump yang serius.

“Saya tahu apa yang ingin dia lakukan adalah menghukum Assad, dan tidak membiarkan dia lolos begitu saja," ujar McFarland.

Namun, akhirnya pemerintahan Trump saat itu menghukum Suriah meski secara tidak langsung.

Hukuman itu menyusul serangan drone AS yang mengincar dan menewaskan jenderal militer Iran, Qasem Soleimani pada 3 Januari 2020 lalu.

Baca Juga: Joe Biden Batalkan Kebijakan Trump, Benarkah AS Aktifkan Kembali Bantuan Untuk Palestina?

Baca Juga: Bayern vs Bielefeld: Munich Bertahan Imbang Oleh Arminia 3-3 di Putaran Liga Jerman

Soleimani merupakan sekutu utama Assad dan dikreditkan karena membantunya dengan keras mengkonsolidasikan cengkeramannya di negara itu selama perang saudara yang berkepanjangan.

Selain itu, Macfarland juga menjelaskan tentang pengambilan keputusan pemerintah AS seputar konflik Israel-Palestina.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan meyakinkan Trump untuk mengesampingkan warga Palestina.

Benjamin Netanyahu ingin AS fokus pada menyatukan negara-negara Arab yang simpatik melawan musuh bersama di Iran.

“Perdana menteri (Israel) melakukan yang terbaik untuk meyakinkan Presiden Trump bahwa ada kemungkinan nyata terobosan strategis dengan negara-negara Arab,” kata Ron Dermer, duta besar Israel untuk AS.

Baca Juga: Pencinta K-pop Wajib Tahu! Ini 5 Tempat Makan di Seoul yang Sering Didatangi Bintang Korea, Cek Lokasinya!

Baca Juga: DPR Amerika Serikat Sampaikan Pasal Pemakzulan Donald Trump ke Senat!

"Ketika para pemimpin Israel dan Arab memiliki kesamaan pendapat tentang Iran, orang-orang harus memperhatikan," ujarnya.

Diketahui, berdasarkan New York Times, Macfarland digulingkan dari jabatannya hanya beberapa bulan di tengah kekhawatiran tentang keberpihakannya. Dia sekarang menjadi komentator di media AS Fox News.

Pemerintah AS di bawah kepemimpinan Donald Trump memang telah membantu menormalkan hubungan antara Uni Emirat Arab, Sudan, Maroko, Bahrain dengan Israel.

Meskipun, beberapa negara di wilayah itu sebelumnya menolak menormalisasi hubungan dengan Israel sebagai protes atas perlakuannya terhadap Palestina.

Namun, rencana pemerintahan Trump yang banyak dipuji untuk perdamaian antara Israel dan Palestina gagal menyelesaikan konflik yang sudah berlangsung lama.

Baca Juga: Gedung Putih Ungkap Fakta Mengejutkan Mantan Presiden AS Donald Trump Terkait Covid-19

Baca Juga: Singgung Masalah UU ITE, Kapolri Listyo Sigit Prabowo: Kedepankan Langkah Persuasif dan Restorative Justice

Perwakilan Trump sendiri tidak menanggapi permintaan komentar terkait pengakuan mantan penasihat keamanan AS Macfarland itu.

Sementara itu, Episode BBC yang akan disiarkan minggu depan akan kemnali mengungkap secara detail orang dalam lainnya tentang keputusan kebijakan luar negeri pada masa pemerintahan Trump lalu.***

Editor: Mula Akmal

Sumber: The Independent

Tags

Terkini

Terpopuler