Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup melalui Kurikulum Merdeka di Pesisir Ogan Komering Ilir

- 17 November 2023, 12:07 WIB
Konten pada modul dan buku referensi yang disusun dengan nuansa lokal akan membantu guru dan murid memahami materi lebih mudah. Foto oleh A Yoseph Wihartono/YKAN.
Konten pada modul dan buku referensi yang disusun dengan nuansa lokal akan membantu guru dan murid memahami materi lebih mudah. Foto oleh A Yoseph Wihartono/YKAN. /

JURNALSUMSEL.COM — Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) melakukan lokakarya “Implementasi Modul P5 Kurikulum Merdeka tentang Ekosistem Mangrove untuk guru-guru SD di Pesisir Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)” di SDN 1 Sungai Lumpur, Pesisir Kab. OKI, Sumatera Selatan, pada 6 – 9 November 2023. Pelatihan ini merupakan kerja sama YKAN dengan Dinas Pendidikan Kabupaten OKI dan Balai Mutu Penjaminan Pendidikan (BPMP) Sumatra Selatan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya ekosistem mangrove di wilayah pesisir OKI. Diikuti oleh 12 guru dari sembilan sekolah dasar (SD), peserta menerima pembekalan tentang Kurikulum Merdeka, pengenalan ekosistem mangrove di pesisir OKI (materi kelas dan lapangan), sharing implementasi Modul P5 dengan guru penggerak, hingga teknis cara mengimplementasikan Modul P5 kepada murid di dalam kelas bersama murid SD.

Uji coba praktik ini dilaksanakan di SDN 1 Sungai Lumpur. Walau sekolah ini berada di kawasan terluar Sumatra Selatan, murid-murid di sekolah ini terbiasa belajar dengan skema Kurikulum Merdeka yang mendorong pembelajaran melalui focus group discussion dan presentasi di depan kelas. Materi yang baru saja disodorkan dapat hidup di antara murid melalui diskusi interaktif antarmurid dan guru, bukan hanya satu arah.
Lidya, guru SD dari SDN 1 Sungai Lumpur mengungkapkan, “Saya sangat setuju modul ini diimplementasikan di sini. Walau murid-murid tinggal di sekitar mangrove, tapi mereka masih banyak yang belum tahu arti penting mangrove.”

“YKAN mengemas konten pendukung modul P5 dengan nuansa lokal, yang memudahkan proses penyampaian dari guru kepada murid. Salah satunya, video animasi sebagai konten referensi yang disusun menggunakan bahasa lokal, yaitu Melayu Ogan. Ilustrasi permukiman dan lingkungan alam dibuat semirip mungkin dengan yang ada di sekitar tempat tinggal para murid, agar para siswa merasa semakin terhubung dengan pesan yang disampaikan,” terang Mariski Nirwan, Manajer Senior Ketahanan Pesisir YKAN.

 

 A Yoseph Wihartono/YKAN.
A Yoseph Wihartono/YKAN.

Misdamayanti, guru SD dari SDN 1 Sungai Lumpur pun mengakui, tayangan video animasi seperti ini (dengan nuansa lokal) membuat siswa lebih mudah memahami.”
Pentingnya pengenalan ekosistem mangrove di OKI Berjarak sekitar 130 kilometer dari Palembang, Desa Sungai Lumpur yang merupakan desa terpadat di pesisir OKI relatif sulit dijangkau dan minim fasilitas dasar seperti aliran listrik dan air. Ekosistem pesisir terpanjang di Sumatra Selatan ini didominasi hutan mangrove, dengan luas 40.020 hektare (YKAN, 2023). Masyarakat sekitar menggantungkan sebagian besar sumber penghidupannya dari alam, misal dari hasil laut maupun bentang pesisir yang mereka olah menjadi tambak.

Namun, berdasarkan hasil kajian yang dilakukan YKAN pada 2022, jumlah hutan mangrove di Pesisir OKI telah berkurang hingga lebih dari 8.000 hektare dalam 3 dekade terakhir. Salah satunya disebabkan oleh alih fungsi lahan mangrove di kawasan hutan lindung menjadi tambak. Oleh karena itu, YKAN melalui Program Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA), berupaya memperkenalkan strategi konservasi terpadu yang berkelanjutan untuk menjaga hutan mangrove pesisir OKI yang tersisa. Pengembangan PLH terkait ekosistem mangrove di pesisir OKI kepada murid SD, yang menjadi penjaga lingkungan di masa depan, merupakan bagian dari strategi MERA tersebut.

Untuk itulah YKAN bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten OKI, BPMP Sumatera Selatan, dan Balai Guru Penggerak (BGP) Sumatera Selatan mengembangkan PLH melalui skema P5 Kurikulum Merdeka dengan tema gaya hidup berkelanjutan. Skema ini memberi kebebasan terhadap guru dan sekolah untuk mengajak murid belajar hal-hal yang ada di sekitar mereka, sekaligus membuat projek sederhana untuk menyelesaikan masalah yang ada di sekitar lingkungan mereka. Tersusunnya modul P5 yang bernuansa lokal dan pelatihan para guru SD ini merupakan salah satu capaian penting dari proses kemitraan YKAN dengan para mitra pendidikan selama setahun terakhir.

Kardinal, Asesor/Widyaprada Ahli Madya BPMP Sumsel, mengungkapkan bahwa model kemitraan yang dilakukan oleh YKAN bersama para stakeholder pendidikan di pesisir OKI ini dapat menjadi contoh yang dapat direplikasi pada berbagai konteks lainnya. Ada berbagai persoalan di sekitar sekolah yang penyelesaiannya dapat dimulai dari hal kecil, salah satunya melalui projek dari skema P5 Kurikulum Merdeka.

 Foto oleh A Yoseph Wihartono/YKAN.
Foto oleh A Yoseph Wihartono/YKAN.

Halaman:

Editor: Aisa Meisarah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x