6 Faktor Ini Jadi Alasan Pelaku Bisnis Harus Tetap Optimis Meski Indonesia Tengah Resesi

- 13 November 2020, 13:35 WIB
Ilustrasi resesi.
Ilustrasi resesi. /Pixabay/geralt/

JURNALSUMSEL.COM – Saat ini Indonesia telah dinyatakan masuk ke dalam resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang sudah ada sejak Maret 2020 lalu.

Seperti yang telah dikabarkan melalu Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal III-2020 minus 3.49 persen (year on year/yoy).

Dampak dari resesi yang dialami Indonesia ini sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi, terlebih bagi pelaku usaha yang saat ini harus berjuang ekstra mempertahankan usahanya.

Tak banyak pengusaha-pengusaha dan pelaku bisnis kecil terpaksa gulung tikar akibar kesulitan finansial pada masa pandemi ini. Tak hanya itu, pengangguran di Indonesia pun semakin bertambah karena pemutusan hak kerja yang dilakukan perusahaan terhadap karyawannya.

Baca Juga: Bantuan Subsidi Gaji BLT BPJS Termin 2 Tahap 2 Cair Hari Ini! Buat yang Belum Terima, Cek Hal Ini

Baca Juga: BLT BPJS Ketenagakerjaan Gelombang 2 Cair. Yuk Simak Tata Cara Pencairannya Disini

Meski demikian, dilansir dari Antara, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Kamdani tetap optimis untuk menjalankan bisnis di tengah resesi yang melanda ekonomi Indonesia saat ini.

Ia menyebutkan ada enam faktor yang menjadi alasan mengapa para pelaku bisnis harus tetap optimis saat ini.

  1. Shinta menuturkan bahwa saat ini kestabilan ekonomi makro nasional masih terjaga. Hal ini sangat penting untuk memastikan kondisi ekonomi nasional tidak menjadi lebih buruk untuk saat ini dan pelaku usaha juga lebih bisa memproyeksikan risiko-risiko usaha yang positif di tengah pandemi. Selain itu, tanpa stabilitas ekonomi makro, investasi dan penciptaan lapangan kerja akan sangat sulit dilakukan.
  2. Faktor keterbiasaan terhadap pandemi dan berkurangnya tekanan kebijakan pemerintah terkait pandemi atas kegiatan operasional perusahaan, khususnya karena semakin banyak daerah yang menurunkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan lebih banyak daerah yang menjadi zona orange sehingga mobilitas masyarakat bisa jadi lebih tinggi untuk mendukung kinerja ekonomi yang baik.
  3. Upaya-upaya reformasi kebijakan ekonomi dan birokrasi nasional yang pro-investasi dan penciptaan lapangan kerja yang relatif konsisten.
  4. Faktor akhir tahun dan tekanan untuk merealisasikan APBN, khususnya anggaran stimulus yang diharapkan bisa meningkatkan distribusi stimulus pada masyarakat dan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan jelang akhir tahun.
  5. Normalisasi yang lancar di negara-negara Asia penting, yakni China, Korea, Jepang, dan Amerika Serikat sebagai mitra dagang utama. Hal ini dinilai positif mendukung peningkatan kinerja ekspor nasional dalam jangka pendek untuk keluar dari resesi ekonomi.
  6. Semakin dekatnya penemuan dan distribusi vaksin yang aman bagi masyarakat.

Baca Juga: Update Harga Emas Jumat, 13 November 2020 di Pegadaian

Halaman:

Editor: Mula Akmal

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah