FCPF-CF ini membuktikan bahwa nilai ekonomi karbon ternyata bisa membantu program penurunan emisi.
Menurut Profesor Daddy Ruhiyat, Ketua Harian Dewan Daerah Perubahan Iklim Kalimantan Timur, ada empat hal yang paling berkontribusi terhadap kesuksesan pengurangan emisi di Kaltim.
Pertama, penguatan regulasi dan kebijakan yang mendukung kegiatan mitigasi. Kedua, integrasi program FCPF ke dalam program pembangunan. Ketiga, pelibatan seluruh pemangku kepentingan dari tahap perencanaan hingga implementasi. Keempat, pengarusutaman strategi penurunan emisi secara berkesinambungan.
Dia menyatakan implementasi FPCF- CF merupakan hal baru, di mana belum ada rujukan sama sekali, baik di tingkat provinsi maupun nasional.
Profesor Daddy menambahkan, FCPF-CF merupakan program yang basisnya berdasarkan kinerja, maka dari itu mengharuskan Kalimantan Timur mendanai dulu program-program penurunan emisinya. “Jika program penurunan emisi tersebut gagal, maka tidak ada kompensasi yang kami dapat dari Bank Dunia, situasi ini adalah risiko yang kami hadapi,” ujarnya.
Baca Juga: Mahfud MD Sebut Data yang dibocorkan Hacker Bjorka Masih dalam Kategori Umum dan Belum Membahayakan
Diskusi panel yang dimoderatori Herlina Hartanto, Direktur Eksekutif YKAN, ini juga menghadirkan
Maria Elena Herrera Ugalde, National Forest Financing Fund Kosta Rika.
Kosta Rika adalah negara kecil di Amerika Tengah dengan luas 5 juta hektare yang 50 persen wilayahnya masih berupa tutupan hutan.
Maria Elena berbagi kisah sukses penerapan program FCPF-CF di Costa Rica dengan mengintegrasikan program FCPF ke dalam kebijakan nasional dan menjalin kemitraan yang kuat dengan masyarakat adat.
Seperti yang diketahui, pada 8 November 2022, Indonesia telah menerima pembayaran pertama sebesar 20,9 juta dolar Amerika dari total target pembayaran insentif sebesar 110 juta dolar Amerika untuk mencapai target pengurangan emisi sebesar 22 juta ton CO2eq pada 2024.