Jelang Ramadhan, Kenali Ruwahan! Kearifan Lokal dalam Bagaian Islam Nusantara

- 23 Januari 2021, 08:20 WIB
ILUSTRASI Bulan Ramadhan
ILUSTRASI Bulan Ramadhan /PIXABAY/.*/PIXABAY

JURNALSUMSEL.COM - Tradisi lahir sebagai akibat adanya sebuah dinamika yang berkembang di suatu komunitas atau lingkungan masyarakat tertentu.

Tradisi kemudian menjadi identitas dan ciri khas suatu komunitas yang terdiri dari perilaku, kebiasaan, atau khazanah yang dilakukan secara turun temurun dan merupakan warisan dari para pendahulu.

Tradisi Ruwahan merupakan salah satu kebiasaan yang bahkan telah menjadi tradisi dalam masyarakat Indonesia.

Ruwahan merupakan kegiatan sedekah yang dilakukan menjelang datangnya bulan suci Ramadhan, tepatnya pada bulan Sya'ban.

Tradisi Ruwahan ini sering ditemukan dalam masyarakat Jawa maupun Sumatera.

Baca Juga: Angkat Tema Kondisi Indonesia, Lagu Jangan Sampai Pasrah Kolaborasi Hanin Dhiya dan Sabyan

Baca Juga: Simak Daftar Harga Xiaomi 2021, Xiaomi Redmi Note 9 RAM 4 GB ROM 64 GB Harga 1 Jutaan?

Untuk daerah Sumatera sendiri yang masih sangat kental melaksanakan tradisi ini adalah masyarakat Melayu di Sumatera Selatan.

Tradisi Ruwahan bukanlah bagian dari rukun Islam, sehingga tidak ada kewajiban atasnya untuk melaksanakan aktivitas tersebut.

Karena tradisi Ruwah merupakan salah satu bentuk dari hasil akulturasi antara budaya Jawa, Palembang, dan Islam.

Hasil dari akulturasi (percampuran) budaya tersebut akhirnya melahirkan sebuah tradisi dan ritual baru yang terus dipertahankan masyarakat hingga saat ini.

Salah satu alasan yang membuat tradisi ruwahan tetap bertahan hingga saat ini adalah karena tradisi ini dianggap sebagai manifestasi keyakinan dan sebagai bentuk syiar Islam khas dari daerah tersebut.

Baca Juga: Terjadi Peningkatan Penerimaan Vaksin Covid-19 di Eropa, Asia Malah Sebaliknya

Baca Juga: Terkendala Pembelajaran Daring, Nadiem Dorong Daerah 3T Lakukan Pembelajaran Tatap Muka

Pada dasarnya tradisi ruwah merupakan semacam bentuk seremonial untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

Dalam adat masyarakat Palembang, tradisi ruwah merupakan sebuah sedekah yanh biasanya diisi dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti pengajian bersama, mendoakan ketenangan untuk orang-orang yang telah meninggal dan keselamatan bagi yang masih menjalani kehidupan, dan biasanya akan diakhiri dengan makan bersama menikmati hidangan yang telah disediakan tuan rumah.

Sedang dalam kepercayaan masyarakat Jawa-Islam, ruwah adalah nama salah satu bulan dalam penanggalan Jawa, yaitu bulan Sya'ban.

Bagi masyarakat Jawa-Islam, bulan ruwah ini memberi makna tersendiri dalam pelaksanaan keberagamaan.

Konon nama ruwah merupakan serapan dari kata arwah, yang merupakan bentuk jamak dari kata ruh.

Baca Juga: Makan Kacang Bisa Bikin Jerawatan? Cari Tahu Dulu Faktanya!

Baca Juga: Pahala Terus Mengalir, Ini Ibadah yang Tetap Bisa Dilakukan Muslimah Saat Haid

Disebut ruwah, karena pada bulan ini terdapat ritual "kirim arwah", yang merupakan sebuah tradisi mendoakan orang (arwah) yang sudah meninggal.

Tradisi ruwahan ini, tidak lepas dari penyambutan bulan suci bagi ummat Islam, yakni bulan Ramadhan, yang dalam penanggalan Jawa disebut wulan Poso.

Puncak dari tradisi ruwahan ini adalah ritual besik kubur.

Besik kubur adalah kegiatan ziarah dan membersihkan makam, yang sebelumnya didahului dengan selamatan.

Di beberapa daerah, ritual ini ada yang menyebut dengan nyadran atau nyekar.

Tradisi besik kubur ini dilakukan sebagai manifestasi mendoakan ahli kubur, dengan membersihkan makam dan menaburkan bunga-bunga tertentu. 

Secara keagamaan, tradisi Ruwahan merupakan salah satu bentuk dari adanya Islam Nusantara yang ada di Indonesia.

Islam Nusantara sendiri dapat diartikan sebagai Islam yang telah bercampur atau dipengaruhi oleh budaya Nusantara, seperti halnya tradisi Ruwahan.

Islam Nusantara masih dapat diterima selagi kegiatan yang dilakukan tidak bertentangan dengan akidah Islam.

Baca Juga: Penyakit Batu Ginjal Timbul karena Makan Buah Berpotasium Tinggi, Salah Satunya Pisang

Baca Juga: Tingkatkan Minat Baca Warga, Gubernur Sumsel Resmikan Pojok Baca Digital di Kertapati

Secara sosial, ruwahan memberi makna komunalisme sosial yang terbentuk melalui interaksi sosial antar individu.

Ruwahan dalam beberapa ritual adalah ruang publik (public sphere), di mana individu-individu dipertemukan dalam satu kepentingan, yakni tradisi dan agama.

Selamatan yang disertai pemberian berkat adalah nilai sosial sedekah yang menjadi semangat filantropi dalam Islam.

Saling memberi dan menerima akan sangat terasa dalam tradisi ruwahan ini, meskipun dalam kadar dan frekuensi yang berbeda.

Akhirnya, tradisi ruwahan adalah sebuah kearifan lokal (local wisdom), yang bagi masyarakat tertentu memiliki makna kultural-religius yang penting.

Setelah berabad-abad lamanya tradisi ini berlangsung, pola kearifan ini telah menunjukkan substansi ajaran Islam dalam membangun toleransi dan humanisme.

Prinsipnya adalah melestarikan tradisi lama yang baik, dan permisif.***

Editor: Shara Amalia

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x