Tolak Gencatan Senjata dengan Rusia, Zelensky: Kami Tidak Akan Menerima Konflik yang Membeku

- 5 Mei 2022, 12:50 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. /Stephanie Lecocq/REUTERS

JURNALSUMSEL.COM - Perang militer antara Rusia dan Ukraina sudah berlangsung selama hampir tiga bulan.

Rusia terus-terusan memborbardir kota-kota besar di Ukraina dengan rudal dan tembakan udara untuk menguasai wilayah tersebut.

Tak mau kalah, Ukraina juga terus mengerahkan pasukannya untuk perang melawan Rusia dan mengaku tak akan menyerahkan wilayahnya kepada pasukan Moskow.

Perang semakin memanas, negara-negara lain sudah melakukan upaya damai untuk Rusia dan Ukraina, namun nampaknya dialog damai yang sudah dilakukan beberapa kali tersebut tidak membuahkan hasil.

Baca Juga: Film ‘Alien’ yang dibintangi Ryu Jun Yeol, Kim Tae Ri, Kim Woo Bin dan So Ji Sub Rilis Trailer Pertama

Bahkan baru-baru ini Rusia kembali melancarkan serangannya di beberapa kota di Ukraina dengan rudal yang juga turut menewaskan warga sipil.

Sebelumnya artikel ini telah lebih dulu terbit di Pikiran Rakyat dengan judul "Presiden Ukraina Enggan Setujui Gencatan Senjata, Tantang Vladimir Putin Bicara Empat Mata".

Mengenai kesepakatan damai, presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kesepakatan gencatan senjata dengan Moskow tak bisa mereka terima, sebab memungkinkan pasukan Rusia tetap berada di wilayah pendudukan.

Zelensky mengklaim mereka akan memenangkan tiga babak dalam invasi yang dimulai Rusia sejak 24 Februari.

Baca Juga: BTS diizinkan Mengganti Tugas Wamil dengan Program Lain, Menteri Kebudayaan Korea Selatan Ungkap Alasannya

Tahap pertama konflik, dirinya mengklaim pasukan Ukraina telah berhasil menghentikan serangan Rusia di ibu kota dan wilayah sekitarnya. 

Pada tahap kedua, Ukraina berencana akan mengusir pasukan Rusia dari wilayahnya. Sedangkan pada tahap ketiga, mereka akan bergerak untuk sepenuhnya memulihkan integritas teritorialnya.

Zelensky mengatakan dia tidak akan menerima kesepakatan gencatan senjata yang akan memungkinkan pasukan Rusia untuk tetap di posisi mereka saat ini.

“Kami tidak akan menerima konflik yang membeku,” ujarnya, dikutip dari Al Jazeera, Kamis, 5 Mei 2022.

Terkait hal itu, Zelensky tidak memberikan rincian lebih lanjut dalam pembicaraan di KTT Dewan CEO Wall Street Journal pada Rabu kemarin, 4 Mei.

Dia hanya memperingatkan, Ukraina akan ditarik ke dalam "ladang diplomatik" seperti perjanjian damai Ukraina timur pada 2015 lalu, yang kala itu ditengahi oleh Prancis dan Jerman.

Baca Juga: Landasan Pacu Bandara di Odessa Ukraina Rusak Parah Usai Rusia Jatuhkan Serangan Rudal

Pada 2014, Rusia mencaplok Semenanjung Krimea Ukraina dan memberikan dukungannya di balik pemberontakan separatis di wilayah Donbas, jantung industri timur Ukraina.

Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut pengakuan Ukraina soal kedaulatan Rusia atas Krimea dan pengakuannya atas kemerdekaan wilayah separatis sebagai syarat utama hentikan permusuhan.

Zelensky menekankan, agar pertempuran berakhir, Putin harus setuju bertemu langsung dengannya untuk merundingkan kesepakatan apa pun.

“Sampai presiden Rusia menandatanganinya atau membuat pernyataan resmi, saya tidak melihat poin dalam perjanjian semacam itu,” ujarnya melanjutkan.

Sementara itu, saat ini komando militer Rusia sedang berusaha untuk meningkatkan tempo operasi ofensifnya di Ukraina timur.

Juru bicara Kementerian Pertahanan, Oleksandr Motuzyanyk mengatakan Moskow telah melakukan hampir 50 serangan udara pada Selasa.

Dia juga mengatakan tembakan artileri Rusia dan serangan udara terus berlanjut secara berkala di pabrik baja Azovstal.

Laporan kementerian tentang situasi militer di seluruh Ukraina tidak dapat segera diverifikasi.

Secara terpisah, Walikota Mariupol Vadym Boychenko mengatakan bahwa pertempuran di pabrik tersebut berlanjut pada Rabu.***(Siti Aisah Nurhalida Musthafa/Pikiran Rakyat)

Editor: Aisa Meisarah

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah