AS tidak ingin melihat ruang untuk negosiasi. Pintu negosiasi telah ditutup rapat. Pembicaraan damai yang digaungkan nyatanya hanya aksesoris konflik tanpa signifikansi praktis.
Menurut Lü Xiang, provokasi buta AS terhadap Rusia faktanya tidak memperbaiki situasi, justru makin menyulut bara api dan membuat kepastian damai semakin jauh.
Sebagai tanggapan, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, Senin, 25 April, memperingatkan Barat untuk tidak meremehkan peningkatan risiko konflik nuklir.
Rusia juga mengirim peringatan potensi Perang Dunia III. Dia mengatakan bahwa NATO pada dasarnya terlibat dalam perang proksi dengan Moskow karena memasok senjata ke Kyiv.
Praktik AS terhadap Rusia kini semakin berisiko menjadikan Eropa sebagai medan pertempuran, yang akan menjadi bencana besar bagi negara-negara Eropa serta seluruh dunia.
Di mata AS, Ukraina hanyalah bidak. Pertumpahan darah Ukraina hanyalah sebuah instrumen bagi AS untuk menghalangi Rusia.
"Ada negara-negara anggota NATO yang ingin perang berlanjut, agar Rusia semakin lemah. Mereka tidak terlalu peduli dengan situasi di Ukraina,” ujar Menteri Luar Negeri Turki, Mevlüt Avuşoğlu.***(Siti Aisah Nurhalida Musthafa/Pikiran Rakyat)