Tren Bisnis Tanaman Hias Melanda Sumatera Selatan, Ekonom: Fenomena Monkey Business

- 2 Oktober 2020, 15:40 WIB
Fenomena monkey business di balik tren bisnis tanaman hias.
Fenomena monkey business di balik tren bisnis tanaman hias. /Pixabay - Manfred Richter/

JURNALSUMSEL.COM - Bisnis tanaman kini tengah meningkat di tengah pandemi Covid-19.

Harga jual beberapa jenis tanaman bahkan mencapai ratusan juta karena dibutu banyak pencinta tanaman hias.

Tren berburu tanaman hias kini memang melanda di sejumlah wilayah di Indonesia.

Baca Juga: Layanan Delivery Online dengan ShopeePay? Ini Fitur Barunya!

Termasuk Sumatera Selatan, khususnya Palembang.

Masyarakat kini berbondong-bondong mengoleksi tanaman hias di tengah pandemi Covid-19.

Sebut saja keladi, sri rejeki, anggrek dan salah satu yang paling dicari adalah janda bolong.

Harga tanaman janda bolong di pasaran fantastis karena bisa mencapai jutaan rupiah.

Baca Juga: BREAKING NEWS! Tahanan Polrestabes Palembang Positif Covid-19

Ruas daun tanaman yang berlubang dengan kombinasi warna hijau dan putih, diyakini menjadi daya tarik tanaman yang memiliki nama latin monstera adansonii variegata ini.

Peralihan hobi berburu dan mengoleksi tanaman hias ini, dari kacamata pengamat ekonomi, terdapat beberapa faktor.

Menurut pengamat ekonomi Sumsel, Yan Sulistyo, ada dua faktor yang menyebabkan tanaman hias menjadi populer saat ini.

Baca Juga: Gelombang 10 Jadi Penutup 2020, yang Gagal Kemungkinan Bisa Coba Prakerja Gelombang 11 Tahun Depan

"Pertama, karena orang jenuh di rumah selama masa pandemi dan dia cari hobi baru, koleksi tanaman hias," ujarnya sebagaimana dilansir Jurnal Sumsel dari FIX Palembang dalam artikel "Tren Berburu Tanaman Hias, Pengamat Ekonomi Soroti Fenomena Monkey Business".

Yang kedua, karena terpengaruh informasi di media sosial mengenai tren tanaman hias ini yang katanya harganya tinggi

Tren tanaman hias, kata Yan, tak ubahnya tren batu akik tahun 2015 lalu atau tren ikan louhan tahun 2004 hingga 2005 lalu dan tren koleksi lainnya.

Baca Juga: Cara Cek Kuota Gratis Internet Kemendikbud untuk Pengguna Telkomsel

Dengan adanya booming tanaman hias, menciptakan gelembung ekonomi yakni kenaikan harga suatu barang yang sedang tren itu.

Seperti tanaman hias, dari harga normal yang hanya puluhan ribu rupiah, sekarang bisa jutaan rupiah.
"Tentunya ini sesuai jenis dan kriteria tanaman itu," kata Yan.

Penggelembungan harga ini, lanjut Yan, dilakukan oleh kelompok pecinta tanaman tersebut.

Baca Juga: Belum Dapat Kuota Internet Gratis Kemendikbud, Cek Nomor Kamu di Laman Ini dan Laporkan!

"Karena ada pecinta tanaman, mereka menciptakan pasar di media sosial agar tanaman ini nilainya tinggi. Dan merekalah (kelompok pecinta tanaman) yang mendapatkan keuntungan dari tren ini," papar Yan.

Pria berkacamata ini menyebut, sasaran pecinta tanaman adalah orang yang tergiur dengan informasi di media sosial.

Yan juga menyebut ada fenomena monkey business di mana suatu kelompok atau komunitas, dalam hal ini pecinta tanaman, menciptakan pasar dengan menjadikan harga tanaman bernilai tinggi.

Baca Juga: 2,4 Juta Orang Dipastikan Tak Dapat BLT Subsidi Gaji Rp600 Ribu BPJS Ketenagakerjaan, Kamu Termasuk?

"Monkey business ini seolah membuat misalnya tanaman jenis tertentu harganya tinggi. Tujuannya supaya harga naik," sebut Yan.

"Ini tidak ditujukan kepada sesama kelompok pecinta tanaman, melainkan kepada para penggemar tanaman yang baru," papar Yan.

Baca Juga: Susunan Sementara Pembalap MotoGP 2021: Marc Marquez dan Valentino Rossi Punya Rekan Baru

Namun, sama seperti tren-tren sebelumnya, gemar tanaman hias ini akan berakhir dalam beberapa waktu ke depan.

"Dan tren ini ada limit waktunya. Beberapa waktu ke depan nanti sudah hilang dengan sendirinya," kata Yan.***(Can/FIX Palembang)

Editor: Muhammad Wirawan Kusuma

Sumber: FIX Palembang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah