LAPAN Beri Penjelasan Penyebab Jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182 di Kepulauan Seribu

- 12 Januari 2021, 14:33 WIB
Beberapa serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dan barang bukti lainnya ditemukan.
Beberapa serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dan barang bukti lainnya ditemukan. /Twitter/@KNKT_RI

JURNALSUMSEL.COM - Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182 pada 9 Januari 2021 lalu masih diselidiki penyebabnya.

Saat ini, baik tim SAR, TNI dan Polri masih terus melakukan evakuasi di Kepulauan Seribu untuk mengumpulkan puing-puing pesawat serta barang-barang milik korban Sriwijaya Air ini.

Sriwijaya Air SJ-182 dengan rute Jakarta-Pontianak jatuh di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu beberapa menit usai lepas landas dari bandara Soekarno-Hatta.

Baca Juga: Jangan Sampai Salah, Begini Cara Mendaftar CPNS 2021 di Portal SSCN Dengan Benar

Baca Juga: HORE! Ibu Hamil dan Balita Dapat BLT PKH Rp3 Juta, Begini Cara Daftar dan Syaratnya

Saat ini untuk penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air masih diselidiki lebih lanjut.

Melansir informasi dari Antara, terkait kecelakaan ini, Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) turut memberikan analisisnya, yakni mengatakan bahwa tidak ada cuaca ekstrem saat jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 tersebut.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin, di Jakarta, pada Selasa, 12 Januari 2021.

"Tampak berawan, tetapi tidak ada indikasi kondisi ekstrem," ucap Thomas.

Baca Juga: Temuan Awal KNKT Terkait Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air JS 182

Baca Juga: PMJ Ingatkan Penyebar Hoax Terkait Sriwijaya Air Bisa Kena Pasal Berlapis dan Hukuman Sampai 5 Tahun

Pantuan dari Sadewa (Satellite-based Disaster Early Warning System) LAPAN, diungkap bahwa tidak adanya kondisi awan atau hujan ekstrem di titik kejadian.

Kondisi atmosfer yang terlihat dari aplikasi Sadewa Lapan dengan menggunakan Satelit Himawari-8 9 (awan tumbuh) dan model WRF (angin dan hujan) diperkirakan dengan menunjukkan di sekitar titik kejadian tidak ada kondisi atmosfer ekstrem.

Meskipun ada proses pembentukan sistem konveksi di sekitar titik kejadian, Thomas mengatakan hal itu tidak menandakan adanya kondisi ekstrim saat kejadian.

"Dinamika atmosfer ini mempengaruhi pesawat yang melintas, tetapi belum tentu menjadi penyebab jatuhnya pesawat," ujar Thomas.

Baca Juga: Selain Mengkonsumsi Narkoba, Suami Artis Nindy Ayunda Juga Terlibat Kasus Ini, Simak Faktanya Disini

Baca Juga: SNMPTN 2021: Jangan Khawatir, Ada KIP-K 2021, Yuk Catat dan Siapkan Persyaratannya Apa Aja!

Analisis dinamika atmosfer menunjukkan sistem konveksi skala meso telah terbentuk di atas Lampung dan Laut Jawa di sekitarnya sejak pukul 11.00 WIB pada 9 Januari 2021.

Sistem itu kemudian pecah dan berpropagasi ke selatan, yang berasosiasi dengan pertumbuhan sistem konveksi skala meso lain di atas Jawa bagian barat selama rentang waktu 13.00-15.00 WIB.

Seperti yang diketahui pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dengan rute Jakarta-Pontianak mengalami hilang kontak pada 9 Januari 2021 pukul 14.40 WIB di sekitar Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 itu membawa 50 penumpang dan 12 kru pesawat.***

Editor: Aisa Meisarah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah