Kesenjangan Baby Boomer dan Milenial Soal Kampanye Online

- 11 Desember 2020, 17:10 WIB
Ilustrasi Kampanye/.*
Ilustrasi Kampanye/.* //Freepik /

JURNALSUMSEL.COM - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 berlangsung di 270 wilayah. Pelaksanaannya pun sempat menjadi kontroversi karena Pandemi Covid-19 belum berakhir.

Tahapan Pilkada dikhawatirkan bisa menambah laju penyebaran virus corona di Indonesia atas dasar itu penyelenggara membuat aturan yang menerapkan protokol kesehatan.

Salah satu terobosannya yaitu kampanye online, karena kampanye sebelum pandemi melibatkan banyak orang kerumunan dan abai terhadap jaga jarak.

Kampanye online jadi anjuran setiap pasangan calon (paslon) pada Pilkada 2020 untuk melakukan kampanye secara online dengan memaksimalkan media sosial.

Namun beragam tanggapan dari para pemilih mengenai kampanye online, mereka ada terbantu meraih profil paslon ada juga yang sama sekali abai terhadap bentuk kampanye ini.

Generasi Baby Boomer dan Milenial merupakan dua generasi yang paling banyak menjadi pemilih dalam pilkada 2020. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda.

Generasi Baby boomer punya stereotip dianggap ketinggalan zaman dan sedikit yang melek teknologi dan berselancar di Media Sosial. Berbeda dengan milenial dimana teknologi dan media sosial menjadi bagian dari hidup mereka.

Baca Juga: Kampanye Online Belum Jadi Primadona pada Pilkada 2020

Terkait dengan kampanye online, Baby Boomer cenderung tidak menyukai pola tersebut, karena jarang berselancar di media sosial, juga bukan menjadi prioritas mereka untuk bermedsos ria.

Eti (56 tahun) yang menjadi pemilih dalam Pilkada Kota Depok menyatakan belum pernah terlibat kampanye online. Sebagai Ibu Rumah Tangga, Eti mengatakan memegang ponsel hanya untuk urusan keluarga dan membeli barang di e commerce saja.

Halaman:

Editor: Mula Akmal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x