Miris, Cerita Warga yang Berhasil Keluar dari Mariupol: Pertempuran di Sepanjang Jalan, Rumah Jadi Sasaran

- 21 Maret 2022, 21:22 WIB
Janji Rusia! Jika Ukraina Meletakan Senjata dari Mariupol Dijamin  Aman
Janji Rusia! Jika Ukraina Meletakan Senjata dari Mariupol Dijamin Aman /Al Jazeera

JURNALSUMSEL.COM - Perang senjata antara Rusia dan Ukraina pada invasi hari ke-26 meninggalkan banyak kerugian dan cerita pilu warga sipil.

Ribuan orang di Ukraina dikonfirmasi meninggal dunia akibat serangan bom dan tembakan tentara Rusia saat memperebutkan wilayah.

Ukraina kini juga tengah menghadapi krisis kemanusiaan, terutama di kota Pelabuhan Mariupol yang dibombardir habis-habisan oleh tentara Rusia.

Baca Juga: Alasan Ibu di Brebes Gorok 3 Anaknya: Agar Tidak Hidup Susah, Harus Mati Biar Tidak Sedih Kaya Saya

Pertempuran yang sengit di Mariupol menyisakan kisah pilu bagi warga yang terjebak di kota tersebut.

Selama kurang lebih dua minggu, warga sipil di Mariupol terjebak dan tidak bisa kemana-mana akibat serangan Rusia yang membabi buta di penjuru kota.

Pihak Ukraina mengatakan, militernya terus melakukan perlawanan yang mengakibatkan pertempuran sengit.

Sebelumnya artikel ini telah lebih dulu terbit di Pikiran Rakyat dengan judul "Rusia-Ukraina Berebut Kota Mariupol, Warga Jadi Korban Berhimpitan di Bunker Hingga 902 Tewas dalam Semalam

Baca Juga: Pesawat Boeing 737 China Eastern Airlines Jatuh, Begini Nasib 123 Penumpang dan 9 Kru Menurut CAAC

Media-media yang dikendalikan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengabarkan, ratusan ribu penduduk tetap terperangkap di kota.

Mereka telah dikepung dan dibombardir oleh pasukan Rusia selama lebih dari dua minggu, dengan sedikit makanan, air, dan listrik.

Gubernur Regional, Pavlo Kyrylenko mengatakan, pertempuran masih terjadi hingga Minggu, 20 Maret 2022 pada malam hari waktu setempat.

Pavlo Kyrylenko menggambarkan jika pengungsi menangis melihat kotanya dihancurkan.

Dia menuding jika pasukan Rusia melemparkan bom ke sebuah sekolah seni pada Sabtu, 19 Maret 2020.

Disebutnya, sekolah seni tersebut adalah tempat evakuasi pengungsi yang berjumlah 400 orang.

Baca Juga: Hancur Lebur hingga Krisis Kemanusiaan, Ukraina Tetap Tak Akan Serahkan Mariupol kepada Rusia

"Dari dampak serangan Rusia, hingga kini belum diketahui jumlah korban," kata dewan Mariupol.

Terkait kabar tersebut, Al Jazeera belum bisa secara independen memverifikasi klaim pihak Ukraina tersebut.

Hingga saat ini, Rusia belum berkomentar tentang dugaan serangan itu, termasuk membantah menargetkan warga sipil.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan pengepungan Mariupol sebagai kejahatan perang.

“Menyerang secara militer kota yang damai adalah teror yang akan diingat selama berabad-abad yang akan datang,” katanya pada Sabtu malam waktu setempat.

Dalam pertempuran di Kota Mariupol, pejabat kota mengatakan sedikitnya sudah menelan 2.300 korban jiwa dari kalangan sipil. Beberapa dari mereka dilakukan penguburan secara massal.

Baca Juga: Intelijen Ukraina Sebut Sekelompok Orang Berpengaruh Rusia Mulai Rencanakan Kudeta terhadap Vladimir Putin

Seorang warga yang berhasil keluar dari Kota Mariupol, Olga Nikitina mengatakan, pertempuran sengit terjadi di jalan-jalan.

“Pertempuran terjadi di setiap jalan. Setiap rumah jadi sasaran,” kata Olga Nikitina yang dipeluk kakaknya saat turun dari kereta.

“Tembakan menghancurkan jendela. Hal itu membuat cuaca di apartemen kami ada di bawah titik beku,” kata dia.

Cerita lain dari Maryna Galla yang lolos dari hujan peluru bersama putranya yang berusia 13 tahun.

Dia mengatakan harus meringkuk di bunker sebuah pusat budaya bersama dengan sekitar 250 orang selama tiga minggu. Dia terus bertahan hidup meski tanpa air, listrik atau gas.

“Kami meninggalkan (rumah) karena peluru menghantam rumah-rumah di seberang jalan. Tidak ada atap. Ada orang yang terluka," kata Galla.

Pihak Ukraina mengatakan, memenangkan Kota Mariupol akan memperhalus jalan Rusia masuk pada koridor darat ke Semenanjung Krimea yang dicaplok Moskow dari Ukraina pada 2014.

Baca Juga: Arab Saudi Buka Kembali Ibadah Haji 2022, Menag Yaqut Sebut Kuota Jamaah Kemungkinan Dibatasi

Sementara itu, Badan pengungsi PBB mengatakan, ada 10 juta orang kini telah mengungsi di seluruh Ukraina, termasuk sekitar 3,4 juta yang telah melarikan diri ke negara-negara tetangga seperti Polandia.

Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan, sedikitnya 902 warga sipil Ukraina telah tewas dalam semalam, yakni pada Sabtu, 19 Maret 2022 tengah malam.

Mereka menduga, jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi. Jaksa Ukraina mengatakan 112 anak telah tewas.***(Rizki Laelani/Pikiran Rakyat)

Editor: Aisa Meisarah

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah