Studi Com-Cov Universitas Oxford Menyatakan Campuran 2 Vaksin Covid-19 Hasilkan Antibodi Lebih Tinggi

- 29 Juni 2021, 14:00 WIB
Ilustrasi vaksin Covid19
Ilustrasi vaksin Covid19 /Pixabay/qimono

JURNALSUMSEL.COM - Universitas Oxford baru-baru ini melakukan penelitian terkait penggunaan dua jenis vaksin Covid-19 yang disuntikan pada pasien.

Kabar yang beredar terkait pencampuran dua jenis vaksin Covid-19 ini diklaim dapat menghasilkan antobodi yang lebih kuat pada tubuh manusia.

Universitas Oxford menamai penelitiannya tersebut dengan nama Com-Cov, yang mana dua vaksin Covid-19 dengan jenis berbeda akan disuntikan pada tubuh di penggunaan dosis pertama dan kedua.

Baca Juga: Jakarta Tambah 8.348 Kasus Positif Covid-19, Ada 128 Varian Baru, Sebut Varian Delta Paling Tinggi!

Hasil studi Universitas Oxford tersebut menyatakan bahwa pencampuran vaksin Covid-19 menghasilkan reaksi yang positif terhadap pasien.

Disebutkan bahwa pencampuran dosis vaksin Covid-19 dalam kombinasi apa pun menghasilkan antibodi konsentrasi tinggi terhadap protein lonjakan virus corona.

Temuan ini pun dikeluarkan oleh mereka pada akhir Juni 2021 saat virus Covid-19 seluruh dunia sedang mengganas.

Sebelumnya, artikel ini telah lebih dulu terbit di Pikiran Rakyat dengan judul "Studi: Campuran Vaksin Covid-19 Hasilkan Antibodi yang Lebih Kuat untuk Lawan Virus Corona".

Baca Juga: Cair Juni 2021? Ketahui Hanya 7 Golongan Ini yang Berhak Jadi Penerima Bansos PKH!

Mengutip informasi dari Al-Jazeera pada Selasa, 29 Juni 2021, data tersebut memberikan contoh pencampuran antara vaksin Covid-19 AstraZeneca dan juga Pfizer.

Data juga memberikan dukungan untuk keputusan beberapa negara Eropa yang mulai menawarkan alternatif untuk AstraZeneca sebagai suntikan kedua setelah vaksin dikaitkan dengan pembekuan darah yang langka.

Pembuktian bahwa pencampuran vaksin Covid-19 bisa menghasilkan antibodi tingkat tinggi dijelaskan lebih lanjut oleh Kepala Penyelidik Uji Coba Com-Cov, Profesor Matthew Snape.

Snape yang juga profesor di bidang pediatri dan vaksinologi di Universitas Oxford menjelaskan bahwa ia telah melihat dan melakukan evaluasi dari uji coba pencampuran vaksin.

Baca Juga: Besok Terakhir Batas Penyaluran Subsidi Diskon Token Listrik PLN Juni 2021, Cek Ketentuannya di Sini!

"Studi Com-Cov telah mengevaluasi kombinasi 'campur dan cocokkan' dari vaksin Oxford dan Pfizer untuk melihat sejauh mana vaksin ini dapat digunakan secara bergantian,"

"Hasilnya menunjukkan bahwa ketika diberikan pada interval empat minggu kedua jadwal campuran menginduksi respon imun yang berada di atas ambang batas yang ditetapkan oleh jadwal standar vaksin Oxford/AstraZeneca," ujarnya menjelaskan.

Respon antibodi tertinggi terlihat pada orang yang menerima dua dosis vaksin Pfizer, dengan kedua jadwal campuran menghasilkan respons yang lebih baik daripada dua dosis vaksin AstraZeneca.

Penggunaan AstraZeneca yang diikuti oleh Pfizer menghasilkan respons sel T terbaik, dan juga respons antibodi yang lebih tinggi daripada Pfizer yang diikuti oleh AstraZeneca.

Baca Juga: Deddy Corbuzier Unggah Hasil Tes Negatif Covid-19 dan Beri Tips Pola Hidup Sehat

Com-Cov juga melihat jadwal campuran selama interval 12 minggu, dan Snape mencatat bahwa suntikan AstraZeneca diketahui menghasilkan respon imun yang lebih baik dengan interval yang lebih lama antara dosis.

Di Inggris, para pejabat telah menyarankan jeda delapan minggu antara dosis vaksin Covid-19 untuk usia di atas 40 tahun dan jeda 12 minggu untuk orang dewasa lainnya.***(Alza Ahdira/Pikiran Rakyat)

Editor: Aisa Meisarah

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah