Presiden Erdogan Tentang Finlandia dan Swedia Gabung NATO Lantaran Kedua Negara disebut Jadi Sarang Teroris

21 Mei 2022, 12:00 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menghadiri konferensi pers bersama dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy setelah pembicaraan mereka di Kyiv, Ukraina, Kamis, 3 Februari 2022. /Efrem Lukatsky/AP Photo

JURNALSUMSEL.COM - Permohonan Finlandia dan Swedia untuk bergabung dengan NATO masih menjadi perdebatan di tengah ricuhnya perang Rusia-Ukraina.

Sejak Rusia melakukan invasi di Ukraina pada 24 Februari lalu, beberapa negara berbondong-bondong memperkuat pertahanan militernya demi menghindari perang serupa.

Finlandia dan Swedia menjadi sorotan dunia belakangan ini, lantaran keputusannya untuk bergabung dengan NATO menuai pro dan kontra.

Sementara AS mendukung keputusan Finlandia dan Swedia untuk segera bergabung dengan NATO dengan memberi jaminan keamanan, lain halnya dengan Turki yang menentang keputusan tersebut.

Baca Juga: Kontroversi Seo Ye Ji diduga Jadi Alasan Drama ‘Eve’ Alami Penundaan Jadwal Tayang, Ini Kata Produser

Turki juga merupakan salah satu dari 30 negara yang saat ini sudah tergabung dalam aliansi NATO.

Sikap Turki yang menentang kedua negara Skandinavia tersebut untuk bergabung dengan NATO bukan tanpa alasan.

Sebelumnya artikel ini telah lebih dulu terbit di Lingkar Kediri dengan judul "Presiden Turki Mendadak Tidak Setuju Jika Finlandia dan Swedia Gabung ke NATO, Erdogan: Kami Tidak Ingin...".

Dilansir dari Reuters, pada hari Jumat, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa tidak mungkin bagi Turki yang merupakan anggota NATO untuk mendukung rencana Finlandia dan Swedia untuk bergabung dalam aliansi militer Barat.

Meskipun Turki telah secara resmi mendukung perluasan NATO sejak bergabung dengan aliansi yang dipimpin AS 70 tahun yang lalu, penentangannya dapat menimbulkan masalah bagi Finlandia dan Swedia mengingat anggota baru memerlukan kesepakatan dengan suara bulat.

Baca Juga: Zelensky Akui Siap Bertemu Putin Asalkan Tanpa Perantara dan Tidak Mengeluarkan Ultimatum saat Negosiasi

Turki telah berulang kali mengecam Swedia dan negara-negara Eropa Barat lainnya karena penanganannya terhadap organisasi yang dianggap teroris oleh Ankara, termasuk kelompok militan Kurdi PKK dan YPG dan pengikut ulama Islam yang berbasis di AS Fethullah Gulen. Ankara mengatakan Gulenis melakukan upaya kudeta pada 2016.

“Kami mengikuti perkembangan mengenai Swedia dan Finlandia, tetapi kami tidak memiliki pandangan positif,” kata Presiden Tayyip Erdogan kepada wartawan di Istanbul, seraya menambahkan bahwa NATO telah menerima Yunani sebagai anggota di masa lalu. 

“Sebagai Turki, kami tidak ingin mengulangi kesalahan serupa. Terlebih lagi, negara-negara Skandinavia adalah rumah bagi organisasi teroris,” kata Erdogan, tanpa memberikan rincian.

"Mereka bahkan anggota parlemen di beberapa negara. Tidak mungkin kami mendukung," tambahnya.***(Donna Lia Suhervina/Lingkar Kediri)

Editor: Aisa Meisarah

Sumber: Lingkar Kediri

Tags

Terkini

Terpopuler