Masuk Bulan Ketiga, AS Akhirnya Ungkap Niat Mengintervensi Perang Rusia-Ukraina Hanya untuk Melemahkan Putin

28 April 2022, 08:00 WIB
Bendera Amerika Serikat dan Rusia. /Reuters/Denis Balibouse/

JURNALSUMSEL.COM - Perang militer antara Rusia dan Ukraina masih berlangsung memasuki bulan ketiga.

Sejak 24 Februari 2022 lalu, beberapa kota di Ukraina terus dihujani serangan rudal dan tembakan udara oleh pasukan Rusia yang dipimpin oleh Vladimir Putin.

Sejak awal invasi pula, peran negara barat, terutama AS sangat mencolok, mengingat AS merupakan negara yang mendukung Ukraina berperang melawan Rusia.

Baca Juga: Beredar Rumor Chanyeol EXO Berlaku Kasar Terhadap YouTuber, Agensi Membantah dan Akan Ambil Tindakan Hukum

Selain memberi bantuan senjata dan persediaan untuk perang, AS juga tak segan memberikan sanksi berat untuk Rusia mulai dari sanksi ekonomi, perdagangan, hingga hubungan politik internasional.

Keterlibatan AS dalam perang Rusia dan Ukraina tersebut juga menimbulkan banyak perdebatan, lantaran dinilai punya niat tersendiri.

Mengutip dari hasil Analisa Global Times, usai dua bulan invasi berlangsung Washington akhirnya berhenti berpura-pura dan mengungkapkan tujuan mencampuri konflik yang sebenarnya.

Sebelumnya artikel ini telah lebih dulu terbit di Pikiran Rakyat dengan judul "Niat Terselubung AS Dalam Konflik Rusia Ukraina Terbongkar, Dampaknya Berbahaya Bagi Seluruh Dunia".

Tujuan utama Washington memprovokasi konflik Rusia dan Ukraina adalah untuk melemahkan negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin.

Baca Juga: Bicara Soal Hubungan Fuji dan Thariq, Haji Faisal: Alhamdulillah Jika Sudah Waktunya ke Jenjang Serius

Hal itu dikonfirmasi Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, yang mengatakan bahwa mereka  ingin melihat Rusia melemah.

Pernyataan terlontar pada konferensi pers di Polandia, Senin, 25 April 2022, usai kunjungannya ke Kiev bersama Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

Meski baru diakui baru-baru ini, tujuan tersebut cenderung telah diketahui secara luas oleh masyarakat internasional.

Moskow yang mengaku muak, menyinggung perihal upaya Washington dalam pertemuannya bersama pejabat tinggi di kantor Jaksa Agung.

Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh bahwa AS dan sekutunya telah berusaha untuk memecah masyarakat Rusia dan menghancurkan Rusia dari dalam.

Masyarakat global percaya, esensi konflik Rusia-Ukraina kini telah berubah. Dari mulanya pertempuran memperebutkan kendali Ukraina, menjadi pertarungan Washington vs Moskow.

Retorika melihat Rusia melemah yang disampaikan kepala Pentagon jelas menyiratkan bahwa AS telah berusaha untuk menguras kekuatan militer Rusia.

Baca Juga: Harga Mulai Rp2 Jutaan, Ini Spesifikasi Redmi Note 10 5G yang Tersedia dalam 3 Varian Warna Menarik

"Washington mungkin berencana untuk menyediakan lebih banyak senjata ofensif ke Ukraina untuk melengkapi kemampuan ofensif militer Ukraina melawan Rusia," kata peneliti di Akademi Ilmu Sosial China, Lü Xiang, dikutip dari Global Times, Rabu, 27 April 2022.

AS tidak ingin melihat ruang untuk negosiasi. Pintu negosiasi telah ditutup rapat. Pembicaraan damai yang digaungkan nyatanya hanya aksesoris konflik tanpa signifikansi praktis.

Menurut Lü Xiang, provokasi buta AS terhadap Rusia faktanya tidak memperbaiki situasi, justru makin menyulut bara api dan membuat kepastian damai semakin jauh.

Sebagai tanggapan, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, Senin, 25 April, memperingatkan Barat untuk tidak meremehkan peningkatan risiko konflik nuklir.

Rusia juga mengirim peringatan potensi Perang Dunia III. Dia mengatakan bahwa NATO pada dasarnya terlibat dalam perang proksi dengan Moskow karena memasok senjata ke Kyiv.

Baca Juga: Tak Lagi Berteman dengan Mantan Thariq yang diduga Chandrika Chika, Fuji: Kalau Misalnya Nyebelin, Nggak Deh

Praktik AS terhadap Rusia kini semakin berisiko menjadikan Eropa sebagai medan pertempuran, yang akan menjadi bencana besar bagi negara-negara Eropa serta seluruh dunia.  

Di mata AS, Ukraina hanyalah bidak. Pertumpahan darah Ukraina hanyalah sebuah instrumen bagi AS untuk menghalangi Rusia.

"Ada negara-negara anggota NATO yang ingin perang berlanjut, agar Rusia semakin lemah. Mereka tidak terlalu peduli dengan situasi di Ukraina,” ujar Menteri Luar Negeri Turki, Mevlüt Avuşoğlu.***(Siti Aisah Nurhalida Musthafa/Pikiran Rakyat)

Editor: Aisa Meisarah

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler