WHO Menilai Vaksin Booster Sangat Tidak Etis Karena Masih Banyak Orang yang Belum divaksin Sama Sekali

21 Agustus 2021, 10:15 WIB
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan negara-negara di dunia untuk menunda vaksin booster, ternyata ini alasannya. /Dokumen WHO.Int

JURNALSUMSEL.COM - Pemberian vaksin booster ternyata mendapat kritikan keras dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).

WHO bahkan mengutuk negara-negara yang memberikan vaksin booster saat ini.

Seperti yang diketahui, vaksin booster mulai disuntikan pada tenaga kesehatan karena dinilai lebih rentan terhadap penularan virus.

Menurut WHO, pemberian vaksin booster dinilai tidak etis, mengingat saat ini masih banyak orang yang belum mendapatkan vaksin Covid-19 satu dosis pun.

Baca Juga: Bela Alvin Faiz Soal Tudingan Penggelapan Dana dan Narkoba, Ibu Larissa Chou: Alvin Bukan Orang Seperti Itu

Pernyataan ini dikeluarkan WHO pada Rabu, 18 Agustus 2021 kemarin sebelum berbicara otoritas AS umumkan vaksin booster untuk warganya.

Otoritas AS mengumumkan bahwa semua orang Amerika yang sudah divaksinasi akan segera memenuhi syarat untuk menerima dosis tambahan.

Sebelumnya, artikel ini telah lebih dulu terbit di Pikiran Rakyat dengan judul "Penggunaan Vaksin WHO dikecam WHO: Tidak Bermoral".

Di sisi lain, para ahli WHO bersikeras tidak ada cukup bukti ilmiah bahwa booster diperlukan.

Baca Juga: Jembatan Ponton Ulu-Paiker Empat Lawang Selesai Diperbaiki Namun Belum Boleh Dilalui

Memberi vaksin booster sementara begitu banyak yang masih menunggu untuk diimunisasi adalah tidak bermoral, kata mereka.

Gambarkan vaksinasi seperti jaket pelampung, WHO menyayangkan banyaknya jutaan orang yang belum di vaksin, tapi negara kaya tega meninggalkan mereka.

"Kami berencana untuk membagikan jaket pelampung tambahan kepada orang-orang yang sudah memiliki jaket pelampung, sementara kami membiarkan orang lain tenggelam tanpa satu jaket pelampung," kata direktur darurat WHO Mike Ryan kepada wartawan, berbicara dari markas besar badan PBB di Jenewa.

Menurutnya sangat tidak etis jika memberikan perlindungan tambahan saat jutaan orang lainnya belum terlindungi.

Baca Juga: Kota Palembang Keluar dari Status Zona Merah Covid-19, Berikut Penjelasannya

Sebelumnya pada bulan Agustus, WHO menyerukan moratorium suntikan vaksin Covid-19 untuk membantu meringankan ketidaksetaraan drastis dalam distribusi dosis antara negara kaya dan miskin.

Namun, itu tidak menghentikan sejumlah negara untuk bergerak maju dengan rencana untuk menambah suntikan ketiga, karena mereka berjuang untuk menggagalkan varian Delta.

Pihak berwenang AS, memperingatkan bahwa kemanjuran vaksinasi Covid-19 menurun dari waktu ke waktu, mereka telah mengizinkan suntikan booster untuk semua orang Amerika mulai 20 September 2021 mendatang.

Otoritas AS akan mulai delapan bulan setelah seseorang divaksinasi sepenuhnya.

Sementara vaksin tetap "sangat efektif" dalam mengurangi risiko penyakit parah, kata para pejabat, rawat inap dan kematian akibat efek Covid-19, perlindungan dapat berkurang dalam beberapa bulan ke depan tanpa imunisasi yang ditingkatkan.

Baca Juga: Diskon Listrik PLN Masih disalurkan hingga Desember, Cek Siapa Saja yang Bisa Menerimanya

Washington telah mengizinkan dosis tambahan untuk orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah.

Israel juga mulai memberikan dosis ketiga kepada warga Israel berusia 50 tahun ke atas.

Tetapi para ahli WHO bersikeras bahwa ilmu pengetahuan masih belum berkembang dan menekankan untuk memastikan orang-orang di negara-negara berpenghasilan rendah di mana vaksinasi Covid-19 tertinggal jauh lebih penting.

"Yang jelas adalah sangat penting untuk mendapatkan tembakan pertama ke dalam senjata dan melindungi yang paling rentan sebelum booster diluncurkan," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari AFP.

"Kesenjangan antara si kaya dan si miskin hanya akan tumbuh lebih besar jika prioritas produsen dan pemimpin mendorong peningkatan pasokan ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah," katanya.

Tedros menyuarakan kemarahan atas laporan bahwa vaksin J&J dosis tunggal yang saat ini sedang diselesaikan di Afrika Selatan sedang dikirim untuk digunakan di Eropa di mana hampir semua orang dewasa telah ditawari vaksin pada saat ini.***(Rahmi Nurfajriani/Pikiran Rakyat)

Editor: Aisa Meisarah

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler