Peneliti Berhasil Temukan Beberapa Alasan Covid-19 Varian Delta Lebih Cepat Menyebar

23 Juli 2021, 13:00 WIB
Ilustrasi Virus varian Delta. /scimex.org/

JURNALSUMSEL.COM - Belum usai penanganan Covid-19 yang malah semakin parah, kini virus mematikan tersebut ditemukan bermutasi menjadi varian Delta.

Covid-19 varian Delta diketahui sudah menyebar di banyak negara bagian, termasuk di Indonesia.

Covid-19 varian Delta ini pula kabarnya lebih berbahaya dibandingkan dengan Covid-19, karena penyebarannya bisa dalan hitungan detik dan melalui udara.

Baca Juga: Amerika Serikat Kembalikan 3 Benda Cagar Budaya Indonesia, Diduga Hasil Penyelundupan

Belakangan ini sebuah studi berhasil mengungkap alasan varian Delta sangat cepat menyebar.

Para peneliti dari Guangdong Provincial Center for Disease Control and Prevention China melakukan pengamatan terhadap orang-orang yang terinfeksi varian Delta.

Dari pengamatan itu, mereka menemukan bahwa virus yang telah bermutasi itu ternyata menggandakan diri dengan membuat salinan tubuhnya sendiri jauh lebih cepat daripada varian sebelumnya.

Sebelumnya, artikel ini telah lebih dulu terbit di Portal Jember dengan judul "Terungkap Alasan Varian Delta Covid-19 Sangat Cepat Menyebar, Virus Menggandakan Diri Lebih Cepat".

Baca Juga: Kondisi Semakin Membaik, Ustaz Yusuf Mansur: Pengen Makan Sate

Para peneliti juga menemukan bahwa varian Delta memiliki masa inkubasi yang lebih pendek.

Varian Delta sendiri pertama kali teridentifikasi di India pada September 2020. Menteri Kesehatan India kemudian melabeli varian itu sebagai 'mutan ganda'.

Label tersebut diberikan karena varian Delta membawa dua mutasi, yakni L452R dan E484Q. Kedua mutasi ini terjadi pada bagian virus yang digunakan untuk masuk dan menginfeksi sel tubuh manusia.

Dalam studi yang diterbitkan di Virological awal bulan ini, tim peneliti mengamati 62 pasien Covid-19 selama outbreak pertama varian Delta di daerah Guangzhou, antara 21 Mei hingga 18 Juni 2021.

Baca Juga: Indonesia Beli Jet Dari Korea Selatan Dengan Harga Rp3,4 Triliun

Peneliti membandingkan level virus di tubuh ke-62 pasien tersebut dengan data 63 pasien lain yang terinfeksi pada tahun 2020 dengan varian sebelumnya.

Hasilnya diketahui bahwa ketika varian Delta menginfeksi seseorang, virus itu akan membuat salinan dirinya sendiri lalu menyebar ke tubuh dengan lebih cepat.

Orang yang terinfeksi varian Delta memiliki viral load (jumlah virus) 1.000 kali lebih banyak dibandingkan orang yang terinfeksi varian lain.

Selain itu, masa inkubasi (jarak antara infeksi dengan munculnya gejala) juga lebih pendek. Jadi, gejala pun akan muncul lebih cepat.

Studi ini menunjukkan bahwa orang akan mulai menunjukkan tanda-tanda seperti batuk dan demam setelah terinfeksi varian Delta selama empat hari.

Baca Juga: Dorong Masyarakat Agar Tinggal di Rumah, Luhut Binsar Pandjaitan Minta Penyaluran Bansos dipercepat

Sebagai perbandingan, orang yang terinfeksi varian sebelumnya baru menunjukkan gejala setelah terinfeksi enam hari.

Hasil penelitian ini memperkuat dugaan bahwa varian Delta menyebar dua hingga tiga kali lebih cepat daripada virus pertama yang muncul di Wuhan pada Desember 2019 silam.

"(Tingginya viral load) menunjukkan bahwa varian Delta lebih mungkin menular selama fase awal infeksi, dan frekuensi skrining populasi harus dioptimalkan sebagai upaya pencegahan," tulis para peneliti.

Menurut mereka, tingginya level penularan varian Delta pada fase pra simtomatik juga menunjukkan bahwa isolasi tepat waktu sebelum onset klinis atau skrining PCR sangatlah diperlukan.

Isolasi tersebut harus dilakukan pada kasus infeksi varian Delta yang mencurigakan maupun kontak erat.***(Kurnia Ayu/Portal Jember)

Editor: Aisa Meisarah

Sumber: Portal Jember

Tags

Terkini

Terpopuler