JURNALSUMSEL.COM – Bangkok, Ibu Kota Myanmar. Militer negara tersebut diketahui baru saja melancarkan kudeta pada hari Senin, 1 Februari 2021.
Dalam proses kudeta tersebut, pihak militer juga diketahui menahan pemimpin sipil sah Myanmar, Aung San Suu Kyi, dan letnan terdekatnya, dalam penggerebekan yang dilakukan dini hari Senin.
Menjelang subuh, pihak militer pun berhasil merebut kekuasaan dari pemerintah yang didirikan hanya lima tahun lalu ini.
Tidak hanya itu, beberapa jam setelah penangkapan Aung San Suu Kyi. Sebuah jaringan televisi militer diketahui mengumumkan keadaan darurat militer selama satu tahun.
Sementara itu, otoritas tertinggi pemerintahan kini dialihkan kepada panglima militer, Jenderal Senior Min Aung Hlaing.
Baca Juga: Simak! Begini Mekanisme Penyaluran BLT PKH Rp300 Ribu yang Disalurkan Sampai April 2021
Baca Juga: Pembukaan CPNS 2021 dan PPPK Sebentar Lagi, Hindari Melakukan Hal Ini Agar Lolos Seleksi
Siaran televisi pemerintah tersebut juga menyiarkan pernyataan dari militer yang mengatakan bahwa langkah ekstrem berupa kudeta tersebut murni diperlukan sebagai pembalasan terhadap kecurangan dalam proses pemilihan umum yang diadakan di negara tersebut pada November lalu.
Lebih lanjut lagi, siaran itu juga mengumumkan bahwa militer akan turut mengawasi pemilihan umum multi partai berikutnya agar bebas dan adil.
Pemilihan umum tersebut pun kabarkan akan kembali dilaksanakan pasca berakhirnya keadaan darurat militer yang tengah diberlakukan.
Keadaan kota-kota besar di Myanmar secara perlahan namun pasti menjadi cukup mencekam. Jaringan seluler dan Internet di negara tersebut dikabarkan tidak stabil, bahkan di kota-kota besar.
Sementara itu beberapa jurnalis terpaksa bersembunyi karena takut jika laporan yang mereka buat dapat membahayakan keselamatan pribadi.
Baca Juga: Viral Kucing Dibunuh Untuk Dijadikan Obat Asma, Tiga Pilar Pegadungan Beri Informasi Penting Ini
Baca Juga: Menangis Hingga Mampu Meredam Emosi, 5 Tanda Sederhana Bahwa Dia Pasangan yang Tepat Buatmu
Tidak hanya itu, baik penerbangan domestik dan internasional pun ikut ditutup, begitu pun bandara internasional utama di Yangon, kota terbesar di Myanmar.
Keadaan pun menjadi tambah mencekam dengan puluhan truk berisi pasukan pro militer yang dikabarkan memenuhi seluruh jalanan kota di Myanmar, mereka menari, bersorak-sorai, dan menyanyikan lagu tentara sebagai wujud keberhasilan kudeta di negara tersebut.***