Virus Nipah Jadi Ancaman Pandemi Baru, Tingkat Kematian di China Capai 75 Persen

1 Februari 2021, 10:50 WIB
Virus nipah pernah menyerang negara Malaysia hingga India, dimana hal tersebut menyebabkan 17 orang tewas di Kerala. /1222768

JURNALSUMSEL.COM- Wabah virus Nipah di China kembali berisiko jadi pandemi besar berikutnya.

Pasalnya, dilaporkan tingkat kematian virus ini di China sudah mencapai hingga 75 persen.

Menurut laporan Access to Medicine Foundation, Perusahaan farmasi raksasa saat ini dilaporkan belum siap jika harus menghadapi pandemi baru.

Apalagi dalam kondisi dimana saat ini masih harus memfokuskan menangani Covid-19.

Ancaman Virus Nipah ini juga disampaikan Direktur Eksekutif Access to Medicine Foundation Jayasree K Iyer yang berbasis di Belanda.

Baca Juga: Ini Tips Unggah Foto Selfie saat Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 12

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Ternyata Sudah Diprediksi Akan Hadir Sejak 5 Tahun Lalu, Begini Kata Peneliti

Jayasree K Iyer mengatakan, Virus Nipah akan menjadi kekhawatiran besar dan bisa kapan saja meledak menjadi pandemi berikutnya.

"Virus Nipah adalah penyakit menular lain yang muncul dan menimbulkan kekhawatiran besar. Nipah bisa meledak kapan saja. Pandemi berikutnya bisa jadi infeksi yang resisten terhadap obat,” ujarnya sebagaimana dikutip Jurnal Sumsel dari The Guardian, Minggu, 31 Januari 2021.

Diketahui, bahwa virus ini termasuk virus yang langka dan disebarkan oleh kelelawar buah.

Orang yang terinfeksi virus ini akan merasakan gejala mirip flu dan lebih parahnya akan dapat membuat kerusakan otak.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, virus Nipah juga dapat menyebabkan ensefalitis, atau radang otak.

Penanganan yang biasa dilakukan untuk virus Nipah adalah dengan melakukan perawatan suportif.

Sebelumnya, wabah virus Nipah di India bagian selatan Kerala pada tahun 2018 diklaim merenggut 17 nyawa.

Baca Juga: Inilah 12 Pekerjaan Visioner di Masa Depan. Mana Pekerjaan yang Sesuai Passionmu?

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 1 Februari 2021: Andin Depresi Hingga Rafael Ternyata Mantan Suami Andin

Akibat dari wabah itu, negara-negara seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk sementara waktu melarang impor buah dan sayuran beku dan olahan dari Kerala sebagai akibat dari wabah di sana.

Saat itu, pejabat kesehatan percaya bahwa wabah Nipah di Bangladesh dan India mungkin terkait dengan minum jus kurma.

Berdasarkan Laporan Access to Medicine Index 2021 terlihat ada 20 perusahaan farmasi terkemuka di dunia melakukan tindakan pembuatan obat, vaksin, dan diagnostik lebih mudah diakses.

“Indeks ini disiapkan selama krisis kesehatan masyarakat terburuk dalam satu abad yang telah mengungkapkan ketidaksetaraan kronis akses ke obat-obatan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata laporan itu.

Ditemukan bahwa penelitian dan pengembangan untuk Covid-19 telah meningkat dalam setahun terakhir, tetapi risiko pandemi lainnya sejauh ini belum tertangani.

Baca Juga: BSU BLT BPJS Ketenagakerjaan Resmi Dihentikan, Ini Alasan Menteri Ketenagakerjaan

Baca Juga: BSU BLT BPJS Ketenagakerjaan Resmi Dihentikan, Ini Alasan Menteri Ketenagakerjaan

Terlebih, akses produk obat-obatan vaksin masih terjadi antrian tinggi di beberapa negara dengan berpenghasilan rendah dan menengah.

"Ini secara radikal dapat mengubah seberapa cepat akses ke produk baru dicapai jika kepemimpinan perusahaan bertekad untuk memastikan orang yang tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak berada di antrian terakhir,” kata laporan itu mengutip pernyataan Iyer.***

Editor: Mula Akmal

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler