Harta Karun Terpendam, Legenda Pulau Kemaro: Kisah Cinta Tan Bun An dan Siti Fatimah

- 22 Desember 2020, 20:45 WIB
Pulau Kemaro, salah satu tempat wisata di Sumatera Selatan.
Pulau Kemaro, salah satu tempat wisata di Sumatera Selatan. /(Antara/Arina S)

JURNALSUMSEL.COM - Pulau Kemaro, merupakan sebuah delta Sungai Musi dengan luas sekitar 30 hektar, yang terdapat di tengah sungai Musi, tepatnya di kecamatan Ilir Timur II, dengan jarak kurang lebih 5 kilometer dari Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Pulau Kemaro merupakan salah satu destinasi wisata sejarah di Kota Palembang yang memiliki sebuah bintara China sebagai salah satu tempat favorit pengunjung.

Selain itu pulau ini juga hanya dihuni oleh beberapa ratus orang saja.

Menurut kisah yang beredar dan bahkan menjadi sebuah legenda yang cukup populer di kalangan masyarakat Sumatera Selatan, Pulau Kemaro tak lepas dari kisah cinta Tan Bun An dan kekasihnya Siti Fatimah.

Tan Bun An adalah seorang saudagar Tiongkok yang singgah berdagang ke daratan Palembang.

Baca Juga: Polda Jawa Barat Panggil Sejumlah Artis Terkait Kasus Prostitusi TA

Baca Juga: Tegas dan Merakyat, Ini Profil Tri Rismaharini yang Resmi Ditunjuk Jokowi Jadi Menteri Sosial

Kemudian ia berkenalan dengan seorang putri asli Palembang yang bernama Siti Fatimah, dan mereka pun saling jatuh cinta.

Hari berganti, kedua insan yang tengah dimabuk asamara tersebut akhirnya memutuskan untuk melangkah ke jenjang hubungan yang lebih serius.

Siti Fatimah mengajak Tan Bun An ke rumahnya untuk meminta restu dari kedua orangtuanya.

Kedatangan dan Lamaran Tan Bun An tak begitu disambut baik oleh ayah Siti Fatimah, ia memberikan persyaratan kepada Tan Bun An jika ingin menikahi putrinya.

Ayah Siti Fatimah meminta Tan Bun An untuk membawakan hadiah tujuh buah guci berisi emas sebagai persyaratan.

Baca Juga: Juliari P Batubara Ditetapkan Sebagai Tersangka, Prediksi Lolos Hukuman Mati, Ini Kata KPK!

Baca Juga: Sandiaga Uno Politisi Partai Gerindra Gantikan Wishnutama Menjadi Menparekraf, Ini Profil Singkatnya

Tan Bun An pun menyetujui persyratan tersebut dan kembali ke China untuk meminta restu dan memenuhi persyaratan yang diberikan ayah Siti Fatimah dari orangtuanya.

Setelah kembali ke Palembang dengan membawa tujuh guci hadiah yang dimintah ayah Fatimah.

Guci-guci hadiah itupun di bawanya ke hadapan ayah Siti Fatimah untuk menunjukkan bahwa ia telah memnuhi persyarat yang diberikan agar dapat menikah dengan Fatimah.

Namun, betapa terkejutnya Tan Bun An setelah mengetahui bahwa guci-guci hadiah tersebut hanya berisi sayuran busuk, ayah fatimah murka dan menyuruh Tan Bun An untuk pergi dan membawa guci-guci itu.

Karena kesal, Tan Bun An membuang guci-guci tersebut ke dasar sungai Musi tanpa memeriksa lebih lanjut isi guci tersebut.

Baca Juga: Sandiaga Uno Politisi Partai Gerindra Gantikan Wishnutama Menjadi Menparekraf, Ini Profil Singkatnya

Baca Juga: Penyaluran BSU BLT BPJS Termin 2 Hampir Selesai, Pastikan Nama Kamu Sudah Ada di Kemnaker

Hingga akhirnya saat hendak membuang guci ketujuh, Tan Bun An tak sengaja memecahkan guci tersebut, dan betapa kagetnya ia setelah mengetahui rupanya di bawah tumpukan sayur itu benar terdapat emas.

Tan Bun An sangat menyesali perbuatannya yang gegabah tersebut, ia pun akhirnya meloncat ke sungai Musi bermaksud untuk menyelamatkan emas-emas tersebut.

Cukup lama Tan Bun An tak kunjungan muncul ke permukaan, melihat keadaan tersebut Fatimah tak mau tinggal diam, ia pun turut menceburkan diri ke sungai Musi menyusul kekasihnya.

Namun sebelum itu ia sempat berpesan kepada para pengawal dan pelayannya, jika nanti ia dan Tan Bun An tak kembali, maka mereka harus memberi nama pulau tersebut sebagai Pulau Kemaro.

Kisah tersebut kemudian menjadi legenda dan terus dihubungkan dengan nama pulau Kemaro.***

Editor: Shara Amalia

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x