Serangan Gibran ke Mahfud MD Soal 'Greenflation' Justru Mendapat Sorotan Seperti Ini dari Pakar

- 22 Januari 2024, 23:27 WIB
Momen Prof Mahfud MD (kiri) dan Gibran (kanan) dalam debat cawapres, Minggu, 22 Januari 2024.*
Momen Prof Mahfud MD (kiri) dan Gibran (kanan) dalam debat cawapres, Minggu, 22 Januari 2024.* /Kabar Cirebon/Kolase Foto Antara/



JURNALSUMSEL.COM - Sesi tanya jawab dalam debat cawapres yang digelar pada Minggu, 21 Januari 2024 berlangsung sengit dengan menampilkan ketiga cawapres. Dalam debat tersebut, Gibran Rakabuming selaku wakil presiden nomor urut 2 berhasil menyerang Mahfud MD, wakil presiden nomor urut 3 terkait masalah inflasi hijau.

Tanpa disadari, serangan dari Gibran Rakabuming ini membuat Mahfud MD keliru dan tidak mampu merespons dengan tepat, menilai greenflation sebagai permasalahan "recehan" yang tidak memerlukan pembahasan lebih lanjut.

“Bagaimana cara mengatasi greenflation?” tanya cawapres 02 kepada Mahfud MD dalam Debat Pilpres 2024 di JCC Senayan Jakarta, Senin (21/1/2024).

Calon Wakil Presiden nomor urut 3, Mahfud Md, merasa bahwa respons dari cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, terkait greenflation (inflasi hijau) tidak memiliki dasar yang jelas. Ia berpendapat bahwa Gibran menyampaikan penjelasan yang tidak terstruktur, terutama saat mengaitkan isu tersebut dengan demonstrasi rompi kuning di Prancis.

"Saya juga ingin mencari tuh, jawabannya ngawur juga. Ngarang-ngarang nggak karuan, mengkaitkan dengan sesuatu yang tidak ada," kata Mahfud.

Namun, Anggota Dewan Pakar TKN, Dradjad Wibowo, menanggapi pandangan ini dengan tegas. Menurutnya, greenflation bukanlah istilah slang atau masalah sepele dalam diskusi ekonomi.

Dradjad mengklaim bahwa mereka yang menganggap greenflation sebagai masalah kecil tidak memahami kompleksitas proses transisi menuju ekonomi hijau, termasuk penggunaan praktik berkelanjutan dan energi terbarukan.

"Tidak paham tantangan dan hambatan yang membuat transisi tersebut sangat lambat di dunia. Tidak paham risiko politik bahkan gejolak sosial yang bisa muncul akibat transisi tersebut," kata Dradjad. Ia menambahkan bahwa greenflation merupakan istilah kontemporer yang sering digunakan oleh ilmuwan, aktivis, pebisnis, dan politisi yang fokus pada isu lingkungan.

Greenflation merujuk pada kenaikan harga yang disebabkan oleh biaya transisi yang signifikan ke ekonomi hijau. Menurut Dradjad, ini adalah salah satu bentuk inflasi dorongan biaya. Contoh lain melibatkan negara-negara yang menerapkan peraturan keberlanjutan ketat pada sektor korporasi, yang juga berkontribusi pada greenflation.

Komentar Mahfud keliru dalam debat tersebut yang menganggap greenflation sebagai masalah "receh" bertentangan dengan pentingnya isu ini dalam konteks global. Greenflation tidak hanya sekadar istilah, tetapi representasi dari tantangan nyata yang dihadapi oleh negara-negara dalam mengadopsi praktik berkelanjutan dan energi terbarukan. Mengabaikan atau meremehkan isu ini berarti mengabaikan dampak nyata dari kebijakan lingkungan pada perekonomian.

Pentingnya pemahaman yang mendalam tentang isu-isu lingkungan dan ekonomi hijau dalam konteks kepemimpinan nasional ditonjolkan dalam debat tersebut. Debat ini menunjukkan perlunya kesadaran dan upaya serius dari para pemimpin untuk mengatasi tantangan yang timbul dari transisi ini, termasuk dampak inflasi yang mungkin terjadi.

Greenflation, dengan demikian, bukan hanya kata yang ambigu, tetapi sebuah isu kritis yang memerlukan pemahaman dan penanganan yang tepat di tingkat nasional dan global.***

Editor: Aisa Meisarah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x