Baca Juga: Temuan Awal KNKT Terkait Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air JS 182
Baca Juga: PMJ Ingatkan Penyebar Hoax Terkait Sriwijaya Air Bisa Kena Pasal Berlapis dan Hukuman Sampai 5 Tahun
Pantuan dari Sadewa (Satellite-based Disaster Early Warning System) LAPAN, diungkap bahwa tidak adanya kondisi awan atau hujan ekstrem di titik kejadian.
Kondisi atmosfer yang terlihat dari aplikasi Sadewa Lapan dengan menggunakan Satelit Himawari-8 9 (awan tumbuh) dan model WRF (angin dan hujan) diperkirakan dengan menunjukkan di sekitar titik kejadian tidak ada kondisi atmosfer ekstrem.
Meskipun ada proses pembentukan sistem konveksi di sekitar titik kejadian, Thomas mengatakan hal itu tidak menandakan adanya kondisi ekstrim saat kejadian.
"Dinamika atmosfer ini mempengaruhi pesawat yang melintas, tetapi belum tentu menjadi penyebab jatuhnya pesawat," ujar Thomas.
Baca Juga: Selain Mengkonsumsi Narkoba, Suami Artis Nindy Ayunda Juga Terlibat Kasus Ini, Simak Faktanya Disini
Baca Juga: SNMPTN 2021: Jangan Khawatir, Ada KIP-K 2021, Yuk Catat dan Siapkan Persyaratannya Apa Aja!
Analisis dinamika atmosfer menunjukkan sistem konveksi skala meso telah terbentuk di atas Lampung dan Laut Jawa di sekitarnya sejak pukul 11.00 WIB pada 9 Januari 2021.
Sistem itu kemudian pecah dan berpropagasi ke selatan, yang berasosiasi dengan pertumbuhan sistem konveksi skala meso lain di atas Jawa bagian barat selama rentang waktu 13.00-15.00 WIB.