Setelah Terpapar Virus Corona, Apa Saja Efek Sampingnya? Simak Jawaban Para Ahli

- 28 Desember 2020, 14:08 WIB
Ilustrasi virus corona
Ilustrasi virus corona /Geralt/Pixabay/WARTA KAPUAS

JURNALSUMSEL.COM – Virus Corona atau Covid-19 sudah mulai memasuki bulan ke sepuluh di Indonesia.

Saat ini penanganan kasus virus corona atau Covid-19 masih terus dilakukan dengan berbagai inovasi yang memudahkan tenaga medis dan dunia kesehatan untuk bisa mendeteksi lebih jauh terkait penyebaran virus mematikan ini.

Vaksinasi juga sudah mulai dilakukan di beberapa negara seperti Amerika Serikat. Sedangkan di Indonesia sendiri, vaksinasi corona akan dilakukan mulai tahun depan.

Baca Juga: Diduga Ada Sosok Besar yang Manfaatkan FPI, Ini Kata Sekum Muhammadiyah

Baca Juga: Sedang Viral Karena Liriknya Diubah, Ini Lirik Lagu Indonesia Raya yang Sebenarnya

Virus yang sudah membunuh lebih dari satu juta jiwa di dunia ini awalnya memiliki gejala biasa, sama dengan penyakit yang disebabkan oleh virus lainnya. Namun, imunitas tubuh pasien juga salah satu faktor yang mempengaruhi seberapa parah gejalanya timbul.

Untuk sebagian orang yang ternyata dikonfirmasi positif bahkan tidak menunjukkan gejala-gejala pada umumnya.

Sementara itu, efek samping dari virus yang menyerang tubuh manusia ini sendiri beragam, terutama kasus-kasus di negara Eropa dan Asia yang terkadang memiliki perbedaan.

Berikut Jurnal Sumsel rangkum beberapa efek samping penderita yang dinyatakan terpapar virus corona dari beberapa sumber.

  1. Kelelahan dan indra penciuman berkurang

Dikutip dari Reuters, menurut survei daring oleh Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA), dari 965 pasien sembuh, sebanyak 879 orang atau 91,1 persen mengaku mereka menderita setidaknya satu efek samping.

Baca Juga: CPNS 2021: Sudah Verifikasi NIK KTP Untuk Pendaftaran CPNS? Segera Hubungi Dukcapil Di Nomor Ini

Baca Juga: BSU BLT BPJS Ketenagakerjaan Lanjut 2021, Kriteria Penerima Bakal Tetap Sama?

“Kelelahan adalah efek samping yang paling umum dengan persentase 26,6 persen, diikuti oleh kesulitan berkonsentrasi yang mencapai 24,6 persen," kata Kwon Jun Wook, pejabat KDCA.

Efek samping lainnya termasuk dampak psikologis atau mental serta hilangnya indera penciuman dan perasa atau anosmia.

Profesor penyakit dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Nasional Kyungpook di Daegu, Kim Shin Woo, meminta tanggapan dari 5.762 pasien sembuh di Korea Selatan dan 16,7 persen di antaranya berpartisipasi dalam survei tersebut.

Sementara studi ini masih dilakukan secara daring, peneliti utama, Kim Shin Woo, akan segera mempublikasikan penelitian tersebut dengan analisis rinci. Korsel juga tengah melakukan riset terpisah bersama 16 organisasi medis mengenai komplikasi penyakit yang lebih detil dan melibatkan analisis CT scan pada pasien sembuh.

Baca Juga: BLT UMKM Rp2,4 Juta Dilanjutkan 2021? Catat! Hanya 5 Golongan Ini yang Terima

Baca Juga: Ragukan Masa Depannya di Barcelona, Benarkah Messi Lirik MLS Amerika Serikat?

  1. Gangguan sistem pernapasan

Melansir dari ABC News, sekitar 80 persen kasus COVID-19 yang dilaporkan di Tiongkok tergolong ringan.

Shu-Yuan Xiao, profesor patologi di Fakultas Kedokteran Universitas Chicago, menekankan bahwa sebagian besar pasien yang memiliki penyakit ringan bisa segera puluh. Pasien yang memiliki penyakit yang lebih parah tetapi sembuh tanpa harus memakai ventilator juga seharusnya bebas dari efek samping jangka panjang.

Sementara untuk 16-20 persen pasien bergejala yang akhirnya membutuhkan perawatan ICU, efek jangka panjangnya sulit untuk diprediksi.

Pasien yang masuk ke unit perawatan intensif dan membutuhkan ventilator cenderung mengalami kerusakan paru-paru dan mengembangkan sindrom gangguan pernapasan akut. Mereka biasanya memiliki kondisi paru-paru yang parah di mana cairan terkumpul di kantung udara paru-paru.

Jika dilihat dari pengalaman SARS dan MERS, beberapa pasien dapat berkembang menjadi fibrosis paru-paru, tetapi hal ini perlu dikaji lebih lanjut.

Baca Juga: Sempat Tereliminasi, Ini Profil Singkat Jerry Andrean Juara MasterChef Indonesia Season 7

Baca Juga: Profil Tiffany Soetanto, Istri Cantik Juri MasterChef Indonesia yang Jago Masak dan Trendi!

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association, diterbitkan pada bulan Februari lalu yang meneliti 138 pasien di Wuhan, Tiongkok, 10 persen dari mereka yang dirawat di ICU akhirnya beralih ke mesin Extracorporeal membrane oxygenation (ECMO), yang berfungsi mengeluarkan darah dari tubuh, mengoksidasi, dan lalu mengembalikannya ke tubuh.

  1. Pasien yang terpapar corona bisa alami gangguan jantung

Selain potensi merusak paru-paru, data awal dari Tiongkok juga menunjukkan bahwa pasien yang tertular penyakit ini juga berisiko terhadap masalah jantung.

Studi yang dilakukan di Wuhan, menemukan bahwa 20 persen pasien yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 mengalami kerusakan jantung. Ini juga merupakan kondisi yang dikaitkan dengan risiko kematian di rumah sakit yang lebih tinggi.

Tidak jelas apakah masalah-masalah jantung itu disebabkan oleh virus itu sendiri, karena penyakit parah berbagai jenis dapat memicu masalah jantung.

Dr Robert Bonow, profesor kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern mengatakan, seseorang yang sekarat karena pneumonia pada akhirnya akan meninggal karena jantungnya berhenti. Sebab, mereka tidak bisa mendapatkan cukup oksigen ke dalam tubuh sehingga mengganggu kerja organ-organ tubuh dan kemudian menyebabkan kematian.

Baca Juga: Tak Bakal Dapat BLT BPJS Ketenagakerjaan Rp1,2 Juta Jika Rekening Bermasalah, Ketahui Ciri-cirinya!

Baca Juga: BLT Guru Honorer Masih Disalurkan Kemdikbud, Segera Cek Info GTK Sebagai Syarat Wajib Penerima

Itulah beberapa efek samping virus corona yang telah diteliti di beberapa negara. Umumnya, efek samping yang paling lazim setelah terpapar virus corona adalah kelelahan akut.***

Editor: Aisa Meisarah

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah