Rusia Bersumpah Akan Terus Lanjutkan Serangan serta Ancam Negara Barat yang Kirim Tentara Bayaran

- 15 Maret 2022, 09:15 WIB
Marinir Rusia
Marinir Rusia /mil.ru

JURNALSUMSEL.COM - Konflik militer Rusia dan Ukraina masih terus berlanjut memasuki minggu ketiga invasi.

Seperti diketahui, Rusia terus memborbardir kota-kota di Ukraina dengan bom dan tembakan hingga menghancurkan gedung-gedung di penjuru kota.

Tak hanya itu, ratusan warga sipil Ukraina juga menjadi korban jiwa atas serangan yang dijatuhkan Rusia.

Baca Juga: Doni Salmanan Jatuh Miskin, Bagaimana Nasib Sang Istri, Dinan Fajrina?

Meski mendapat banyak ancaman dan peringatan dari negara barat, Rusia enggan menarik pasukan militernya dari Ukraina hingga saat ini.

Banyak negara yang mengirimkan bantuan berupa pasokan senjata, donasi uang, serta tentara bayaran untuk Ukraina. Namun, lagi-lagi Rusia memperingatkan agar negara lain terutama barat tak ikut campur jika tak mau ada perang yang lebih dahsyat.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa pihaknya bersumpah tidak akan memberikan belas kasihan kepada tentara bayaran yang ada di Ukraina.

Sebelumnya artikel ini telah lebih dulu terbit di Pikiran Rakyat dengan judul "Rusia: Kami Bersumpah Tak Ada Belas Kasih Bagi Legiun Bayaran Asing di Ukraina".

Baca Juga: Cara Cek Penerima Bansos PKH untuk Balita, Ibu Hamil hingga Lansia, Login di Link Ini Pakai KTP

"Semua lokasi tentara bayaran asing di Ukraina diketahui oleh kami," kata juru bicara militer Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov dalam sebuah pernyataan pada Senin, 14 Maret 2022.

"Saya ingin memperingatkan Anda lagi - tidak akan ada belas kasihan bagi tentara bayaran, di mana pun mereka berada di wilayah Ukraina," sambungnya.

Sebelumnya, Barat mendorong agar warganya mendaftarkan diri untuk menjadi legiun asing dalam membantu Ukraina yang digempur Rusia dan akan bertanggung jawab jika mereka gugur di medan konflik.

Konashenkov mengatakan bahwa sejumlah pemerintah Barat telah mendukung agar warganya untuk berperang melawan pasukan Rusia sebagai tentara bayaran.

"Semua tanggung jawab lebih lanjut atas kematian warga asing kategori ini di Ukraina terletak semata-mata pada kepemimpinan negara-negara ini (Barat)," katanya.

Baca Juga: 9 WNI di Ukraina Masih Belum dievakuasi Karena Berada di Zona Tempur, Kemlu Pastikan Kondisi Mereka Aman

"Serangan yang ditargetkan akan terus berlanjut," sambungnya yang secara khusus mengacu pada gempuran rudal Rusia yang menargetkan pangkalan militer di Yavorov dan Starichi di Ukraina Barat pada Minggu, 13 Maret 2022.

Rusia mengeklaim bahwa salvo rudal menghancurkan fasilitas yang digunakan oleh "Legiun Internasional Ukraina" dan menewaskan hingga 180 pejuang asing.

Sementara itu, Ukraina mengatakan ada 35 orang tewas dan 130 orang terluka dalam serangan di Yavorov.

Pangkalan tersebut telah digunakan selama bertahun-tahun oleh NATO untuk melatih pasukan Ukraina.

Diberitakan sebelumnya,  seorang penembak jitu veteran Angkatan Bersenjata Kanada resmi bergabung dengan barisan legiun asing di Ukraina.

Penembak jitu Kanada yang dijuluki "Wali" itu bergabung atas seruan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky agar para pejuang asing memerangi militer Rusia.

Dia memasuki Ukraina dari Polandia dengan sekelompok veteran Inggris dan Kanada pada pekan lalu.

Baca Juga: Punya Aura Senada dengan 'Twenty Five Twenty One', 4 Drama Ini Juga Wajib Kamu Tonton

Mereka berkumpul di rumah yang telah direnovasi untuk bergabung dengan pasukan Ukraina dan batalion tentara sukarelawan yang terus bertambah, lapor CBC.

Wali bertugas dengan Resimen ke-22 Royal Canadian Infantry di Kandahar selama perang di Afghanistan antara 2009 dan 2011.

Dia juga melakukan perjalanan ke Irak sebagai pejuang asing sukarela yang bergabung dengan pasukan Kurdi pada 2015 untuk memerangi ISIS.

Pada Juni 2017, seorang penembak jitu pasukan khusus Kanada yang tidak dikenal menembakkan senapan McMillan Tac-50 kepada seorang militan ISIS di Mosul dari jarak lebih dari dua mil.

Militan ISIS itu tewas dan tercatat sebagai pembunuhan terlama yang pernah terjadi.

Pria yang juga berprofesi sebagai programmer komputer itu mengatakan dia rela melewatkan ulang tahun putranya demi bergabung dengan pasukan Ukraina.

Baca Juga: Tiara Andini dan Alshad Ahmad Mesra di Sosmed, Fans Berharap Hubungan Keduanya Hanya Sebatas Project

"Itu adalah bagian tersulit saat melakukan perjalanan ke Ukraina. Seminggu yang lalu saya masih memprogram hal-hal lain. Sekarang saya mengambil rudal anti-tank di gudang untuk membunuh orang sungguhan. Itulah kenyataan saya sekarang," kata Wali kepada CBC.

Dia mengatakan kepada surat kabar Kanada berbahasa Prancis La Presse bahwa dia menolak untuk melihat "invasi habis-habisan" di depan matanya.

"Apa yang saya lakukan adalah hubungan arus pendek politik Kanada," katanya.

"Ya, tentu saja pemerintah tidak menyukainya, tetapi (di Ukraina), saya benar-benar merasa ada dukungan kuat dan bukan hanya sekadar dukungan moral," tuturnya.

Menurut Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, lebih dari 20.000 orang dari 52 negara secara sukarela membantu Ukraina melawan pasukan Rusia menyusul serua Zelensky.***(Ikbal Tawakal/Pikiran Rakyat)

Editor: Aisa Meisarah

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah