Afrika Selatan Membayar Vaksin Oxford untuk Covid-19 Dua Kali Lipat dari Harga Eropa

22 Januari 2021, 19:15 WIB
Ilustrasi vaksinasi COVID-19 /pixabay/Wilfried Pohnke

JURNALSUMSEL.COM - Kementerian Kesehatan Negara Afrika Selatan mengatakan, Afrika Selatan harus membeli dosis vaksin Covid-19, Oxford-Astrazeneca yang dikembangkan oleh University of Oxford dan perusahaan farmasi AstraZeneca dengan hampir 2,5 kali lebih tinggi daripada harga di negara eropa lain.

Negara dengan angka positif Covid-19 terbesar di Benua Afrika itu telah memesan sekitar 1,5 juta suntikan vaksin dari Serum Institute of India (SII) yang diharapkan datang pada Januari dan Februari.

Seorang pejabat kesehatan senior, pada Kamis, 21 Januari 2021, mengatakan kepada AFP (Agence France-Presse) bahwa masing-masing dosis tersebut akan berharga $ 5,25 atau 4,32 euro atau Rp73.996.

Harga tersebut hampir 2,5 kali lipat dari harga yang dibayarkan oleh sebagian besar negara di eropa.

Menurut informasi yang dibocorkan oleh seorang menteri Belgia di Twitter, anggota Uni Eropa akan membayar Rp30.489 untuk suntikan AstraZeneca.

Baca Juga: TRENDING! Lagu Hanin Dhiya Feat Sabyan: Jangan Sampai Pasrah, Berikut Liriknya

Baca Juga: Poco M3 Resmi Masuk Indonesia dengan Harga Rp1 Jutaan, Spesifikasi Menang Banyak!

AstraZeneca Prancis mengatakan kepada AFP pada bulan November lalu, bahwa suntikan akan dibatasi pada 2,50 euro atau Rp42.822 per dosis. Hal itu dimaksudkan supaya vaksin sampai pada populasi terluas dengan akses yang seadil mungkin.

Hingga saat ini Afrika Selatan telah mencatat lebih dari 1,3 juta kasus virus corona dan 38.800 kematian.

Wakil direktur jenderal kesehatan Afrika Selatan, Anban Pillay, mengatakan melalui pesan teks bahwa Departemen Kesehatan Nasional mengkonfirmasi harga $ 5,25 adalah harga yang kami dapatkan.

Pillay mengatakan kepada surat kabar Business Day setempat bahwa harganya lebih tinggi karena negara lain berkontribusi pada penelitian dan pengembangan.

“Penjelasan yang diberikan kepada kami mengapa negara-negara berpenghasilan tinggi lainnya memiliki harga yang lebih rendah adalah karena mereka telah berinvestasi (penelitian dan pengembangan), maka harga akan didiskon,” kata Pillay.

Baca Juga: Oppo Resmi Luncurkan Reno5 5G Andalkan Pengisian Daya Cepat, Ini Spesifikasi dan Harganya

Baca Juga: Pencarian Korban Sriwijaya Air Dihentikan, Menhub Tetap Pastikan Upaya Pengalihan Operasi

Sekitar 2.000 warga Afrika Selatan berpartisipasi dalam uji klinis vaksin pada tahun 2020.

Kesepakatan bilateral antara pemerintah yang lebih kaya dan produsen vaksin virus corona, telah menimbulkan kekhawatiran atas kenaikan harga dan kurangnya pasokan untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan tentang ‘nasionalisme vaksin’ dan ‘pencungkilan harga’.

Pesanan vaksin AstraZeneca oleh Afrika Selatan adalah bagian dari dosis aman, yaitu sebanyak 20 juta yang akan dikirimkan pada paruh pertama tahun 2021.

Fasilitas Covax yang didukung WHO diharapkan dapat memberikan suntikan untuk 10% populasi antara April dan Juni.

Baca Juga: Usai Jalani Vaksinasi, Bupati Sleman Sri Purnomo Terkonfirmasi Positif Covid-19.

Baca Juga: OLED 90Hz Samsung Display, Berikan Pengalaman Lebih Mulus Bagi Pengguna

Vaksin lain akan diberikan melalui Uni Afrika dan kontrak bilateral dengan pemasok yang belum diungkapkan.

Reuters melaporkan, SII juga ditetapkan untuk memasok 100 juta dosis vaksin ke Uni Afrika masing-masing seharga $ 3 atau Rp42.210.

Kelompok oposisi mengkritik strategi inokulasi Afrika Selatan. "Laporan hari ini menunjukkan bahwa pemerintah harus mengeluarkan uang dua kali lipat dari yang dibayar beberapa negara lain untuk vaksin mereka," kata partai oposisi utama Aliansi Demokratik yang menyalahkan buruknya perencanaan dan negosiasi yang tertunda.

Solidaritas serikat pekerja dan kelompok hak asasi terkemuka, AfriForum, bersama-sama mengumumkan rencana untuk meluncurkan pertarungan hukum melawan pemerintah karena kurangnya transparansi.

“Ketidakterbukaan informasi pemerintah merupakan bukti lebih lanjut mengapa itu tidak dapat dipercaya melakukan monopoli terkait pembelian dan distribusi vaksin Covid-19,” kata AfriForum.

Baca Juga: Hongkong Akan Berlakukan Lockdown untuk Pertama Kalinya, Mengapa?

Baca Juga: Terjadi Peningkatan Aktivitas, Status Gunung Raung di Jawa Timur Naik Jadi Waspada

Afrika Selatan sedang berjuang dengan gelombang kedua infeksi yang dipicu oleh varian virus korona baru yang dianggap lebih menular oleh para ilmuwan.

Pemerintah bertujuan untuk memvaksinasi dua pertiga dari populasinya, yaitu sekitar 40 juta dari hampir 60 juta orang untuk mencapai kekebalan pada akhir tahun 2021.***

Editor: Shara Amalia

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler