JURNALSUMSEL.COM- Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) diuntungkan dengan adanya isu kudeta yang sedang dihadapinya.
Pasalnya, nama AHY melejit pada pertarungan Pilpres 2024 mendatang bahkan menyalip elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Semula elektabilitas AHY stabil di papan bawah, kini meningkat drastis ke posisi empat dalam bursa calon presiden 2024.
Hasil perhitungan tersebut berdasarkan penelitian hasil survei yang dilakukan oleh IndEX Research.
Meski demikian, nama AHY masih di bawah Prabowo Subianto, Ridwan Kamil, dan Ganjar Pranowo.
Baca Juga: AHY Sebut Moeldoko Sebagai Musuh Bersama Partai Demokrat, Buntut KLB Kian Memanas
"Prabowo, Kang Emil, dan Ganjar mantap sebagai top three capres 2024, dibayangi AHY yang tembus ke empat besar," kata peneliti IndEX Research Hendri Kurniawan, seperti dikutip Jurnal Sumsel dari ANTARA pada Sabtu, 13 Maret 2021.
Elektabilitas Prabowo sendiri fluktuatif di kisaran 19-22 persen sejak survei pada bulan Mei 2020 hingga November 2020 dan kini pada survei Maret 2021 mencapai 20,4 persen.
Sementara itu, Kang Emil yang sebelumnya (survei Mei dan November 2020) hanya 7-8 persen, kini bertengger di urutan kedua dengan elektabilitas 14,1 persen.
Sedangkan, Ganjar Pranowo dari survei sebelumnya (Februari 2020) hanya 9 persen, melejit ke 14-15 persen pada survei Mei dan November 2020, dan kini tergeser menjadi 13,5 persen.
"Prabowo masih sangat potensial dimajukan kembali pada Pemilu 2024 dengan lawan potensial antara Kang Emil atau Ganjar," kata Hendri.
Baca Juga: Kabar Terkini Rizieq Shihab di Tahanan, Kuasa Hukum HRS: Habib Tidak Pernah Mengeluh
Baca Juga: Rumah Moeldoko Jadi Kantor DPP Demokrat Versi KLB, Herzaky : Mimpi Saja
Selain itu, Kepala daerah di dua provinsi terpadat di Pulau Jawa itu juga dinilai potensial menjadi pemimpin nasional masa depan.
Lebih lanjut Hendri, menyampaikan hal yang menarik karena AHY dari awalnya (survei Agustus dan November 2020) hanya 1-2 persen.
Kini dalam waktu yang sangat cepat menyalip sejumlah nama seperti Sandiaga Uno dan Anies Baswedan dengan 7 persen.
Sedangkan, untuk Sandiaga Uno, dari 10-11 persen (survei Mei 2020) melorot menjadi 6,8 persen dan Anies Baswedan dari 13 persen (Mei 2020), kini tinggal 6,3 persen.
Hendri menjelaskan bahwa AHY diuntungkan dengan adanya konflik yang sedang terjadi di internal Partai Demokrat.
Baca Juga: KLB Demokrat Berlanjut di Meja Hukum, AHY Serahkan Bukti dan Fakta Ke Kemenkumham
Baca Juga: KLB Deli Serdang Membuat Partai Demokrat Berkabung, SBY: Matinya Akal Sehat
"AHY diuntungkan oleh pertarungan internal di Partai Demokrat sebagai capres unggulan dari kalangan oposisi," ujar Hendri.
Moeldoko sendiri sebagai pelaku kudeta kepemimpinan Partai Demokrat hanya mampu meraih elektabilitas 0,4 persen atau di bawah 1 persen.
"Kesan AHY sebagai figur yang dizalimi tampaknya mendulang simpati dari publik," tutur Hendri.
Terlebih, pernyataan yang dilontarkan SBY juga mencitrakan Demokrat tengah diobok-obok penguasa.
Hal ini sama seperti PDI kubu Megawati semasa Orde Baru yang berujung peristiwa 27 Juli 1996.
Baca Juga: Soroti Kudeta Partai Hingga KLB Demokrat, Fahri Hamzah: Momentum Evaluasi Parpol
Baca Juga: Tolak Tawaran Untuk Kudeta AHY dan Partai Demokrat, Gatot Nurmantyo: Saya Dibesarkan Oleh SBY!
Selain itu, ada nama-nama lain juga yang masuk dalam bursa Capres 2024 seperti Tri Rismaharini (4,6 persen), Erick Thohir (3,3 persen), Khofifah Indar Parawansa (2,7 persen).
Berikutnya, Giring Ganesha (2,1 persen), Mahfud MD (1,6 persen), Puan Maharani (1,3 persen), Susi Pudjiastuti (1,1 persen), dan Airlangga Hartarto (1,0 persen).
Sisanya seperti halnya Moeldoko hanya di bawah 1 persen, antara lain Gatot Nurmantyo (0,7 persen).
Sementara itu, mereka yang menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab mencapai 11,3 persen.
"Peta capres masih dinamis, apalagi masih banyak waktu hingga 3 tahun ke depan," ucap Hendri.
Baca Juga: KLB Demokrat Ilegal, AHY Minta Presiden Jokowi: Jangan Biarkan Moeldoko Memecah Belah Partai
Perlu diketahui, bahwa survei IndEX Research ini dilakukan pada tanggal 25 Februari-5 Maret 2021.
Survei tersebut dilakukan terhadap 1.200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia melalui sambungan telepon kepada responden yang dipilih acak dari survei sebelumnya sejak 2018.
Adapun, Margin of error dari survei yang dilakukan yakni ±2,9 persen dan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.***