Jika Virus Berevolusi, Apakah Vaksin COVID-19 Masih Efektif? Simak Beberapa Kemungkinannya

18 Desember 2020, 14:25 WIB
Ilustrasi virus Covid-19. /Antara

JURNALSUMSEL.COM – Pengadaan vaksin COVID-19 di Indonesia sudah memasuki tahap uji klinis dalam negeri dan izin edar dari BPOM untuk kemudian didistribusikan kepada seluruh masyarakat.

Pemberian vaksin COVID-19 ini bertujuan untuk memperkuat imunitas tubuh yang diharapkan dapat lebih kebal dalam melawan virus corona.

Namun, dalam pemberian vaksin, ada beberapa vaksin yang tidak efektif diberikan pada manusia, lantaran virus lebih mampu berevolusi untuk menjadi kebal terhadap vaksin tersebut.

Baca Juga: Segera Cek Nama Penerima BLT UMKM/BPUM dan Cairkan Sebelum Dana Hangus

Baca Juga: Seleksi CPNS 2021 Hampir Tiba, Begini Cara Mudah Daftar Dilaman SSCN BKN Harus Lewat Link Ini!

Melansir hasil penelitian yang dimuat di The Conversation, sebuah mutasi spontan dalam material genetik virus itu membuat kandungan obat dalam vaksin tidak bekerja, sehingga virus-virus mutan dapat berkembang biak sangat cepat walau pasien sudah disuntik vaksin. Hal terburuknya, pasien tersebut sakit kembali.

Meski belum ada kegagalan lain dalam vaksin manusia, tapi ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa virus, bakteri, dan parasit dapat berevolusi merespon vaksin.

Lalu bagaimana jika SARS-CoV-2 berevolusi terhadap vaksin COVID-19? Berikut beberapa kemungkinannya.

  1. Antibodi tidak bisa menempel dengan baik

Imunitas bekerja saat sel-sel antibodi atau imun menepel pada molekul di permukaan virus. Jika mutasi pada molekul permukaan virus itu berubah, maka antibodi tidak bisa menempel dengan baik dan virus bisa lepas.

Hal ini sama dengan yang pernah terjadi pada vaksin untuk menanggulangi virus flu. Proses inilah yang menjadi alasan mengapa vaksin flu musiman perlu diperbaharui setiap tahun. Ini juga akan berlaku sama jika virus corona berevolusi terhadap vaksin COVID-19.

  1. Evolusi virus bisa saja menjadi baik bagi tubuh manusia

Evolusi virus juga bisa terjadi secara berbeda dan akan lebih menguntungkan untuk kesehatan manusia, misalnya jika virus berevolusi menjadi senyap, dengan berproduksi secara perlahan, atau bersembunyi di organ-organ yang sistem imunnya kurang aktif.

Baca Juga: Terlibat Prostitusi Online, Artis TA Diciduk Polisi Saat Sedang Berduaan dengan Pria di Hotel!

Baca Juga: Selamat! Lewandowski Terpilih Menjadi Pemain Terbaik FIFA 2020, Simak Pemenang Penghargaan Lainnya

Banyak patogen yang menyebabkan berbagai macam infeksi kronis yang hampir tidak terasa oleh manusia dalam evolusi virus ini. Mereka tidak terdekteksi karena tidak menyebabkan penyakit akut.

Jika virus corona memiliki cara untuk sedikit saja melemahkan imunitas manusia, maka vaksin COVID-19 akan menguntungkan virus mutan yang mampu lebih banyak melemahkan sistem imun.

Dengan kemungkinan-kemungkinan di atas, apakah vaksin COVID-19 tetap efektif jika virus berevolusi?

Sedikit upaya lebih dalam uji coba vaksin COVID-19 bisa bermanfaat panjang apakah vaksin dapat kebal terhadap virus yang berevolusi atau tidak.

Dengan melakukan swab test pada orang-orang yang menerima vaksin uji coba, ilmuwan akan mengetahui seberapa jauh virus corona dapat ditekan.

Caranya, dengan menganalisis genom virus pada orang yang sudah menerima vaksin, proses evolusi virus yang sedang terjadi mungkin bisa terlihat.

Baca Juga: Hari Ini, Istana Negara Akan Dikepung Pendemo! Amien Rais Peringatkan Jokowi

Baca Juga: Sudah Mau Akhir Tahun! Dana BSU BLT BPJS Ketenagakerjaan Termin 2 Belum Juga Cair? Simak Solusinya

Selain itu, sampel darah dari orang-orang tersebut juga bisa digunakan untuk mengetahui berapa banyak bagian virus yang diserang oleh imunitas yang dipicu vaksin.

Proses uji klinis vaksin memang sangat penting dilakukan untuk mengetahui seberapa besar vaksin efektif melawan virus COVID-19. Untuk itu, beberapa negara sangat berhati-hati dalam melakukan uji klinis, karena selain menguji keefektifitasan vaksin, keamanan vaksin juga diutamakan bagi beberapa masyarakat yang memiliki imunitas tubuh yang rentan.***

Editor: Mula Akmal

Sumber: The Conversation

Tags

Terkini

Terpopuler