Setelah rencana Mahkamah Agungnya tidak berhasil, Trump menjajaki untuk mengganti Rosen dengan Jeffrey Clark, sekutu Trump yang telah menyatakan kesediaannya untuk menggunakan kekuasaan departemen untuk membantu Trump melanjutkan perjuangan hukumnya yang gagal dalam memperebutkan hasil pemilihan.
Diketahui, Trump membatalkan rencana itu setelah ancaman dari pimpinan senior Departemen Kehakiman untuk mundur jika Rosen dicopot.
Adapun, rencana menggulingkan Rosen pertama kali dilaporkan oleh New York Times.
Baca Juga: Berpotensi Hujan Disertai Kilat, BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca di Jabodetabek
Baca Juga: Tren Fashion yang Akan Populer Tahun 2021
Seorang penasihat Trump, diminta untuk menanggapi laporan media AS itu. Penasehat Trump mengatakan bahwa Trump menginginkan penipuan pemilu dapat diselidiki.
“Secara konsisten berpendapat bahwa sistem peradilan kita harus menyelidiki penipuan pemilu yang lebih luas dan merajalela yang telah mengganggu sistem kita selama bertahun-tahun.
Setiap pernyataan yang bertentangan adalah salah dan didorong oleh mereka yang ingin menjaga sistem tetap rusak." ujarnya sebagaimana dikutip Jurnal Sumsel dari Reuters.
Sebelumnya, klaim Trump yang tak kenal lelah dan tidak berdasar atas penipuan pemilu dan penolakannya untuk mengakui kemenangan Biden memuncak pada 6 Januari 2021.
Saat itu Trump mendesak para pendukungnya untuk berbaris ke Capitol untuk memprotes sertifikasi hasil pemilu. Amukan yang diakibatkannya menyebabkan lima orang tewas, termasuk seorang petugas polisi Capitol.