Tingkat Infeksi Virus Covid-19 Menurun, Jerman Masih Berlakukan Lockdown

23 Januari 2021, 11:50 WIB
ILUSTRASI Covid-19, Jerman masih berlakukan lockdown /PIXABAY

JURNALSUMSEL.COM - Menteri kesehatan Jerman, Jens Spahn, telah menyampaikan kelanjutan lockdown yang ketat di Jerman.

Jens Spahn mengatakan bahwa kondisi tersebut diperlukan untuk mencegah memburuknya situasi saat ini, meskipun di Jerman sudah terjadi penurunan dalam tingkat infeksi Covid-19.

Korban Covid-19 yang meninggal di Jerman meningkat menjadi lebih dari 51.000 pada hari Kamis, 21 Januari 2021. Angka tersebut meningkat rata-rata 1.000 kematian sehari selama beberapa minggu.

Spahn mengatakan pada konferensi pers, bahwa tindakan tersebut harus tetap berlaku sampai setidaknya akhir Februari atau hingga Maret.

Dia mencontohkan bahaya mutasi yang pertama kali terdeteksi di Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil sebagai faktor yang melatar belakangi keputusan tersebut.

Jerman melaporkan hampir 18.000 kasus virus Corona baru pada hari Jumat, 21 Januari 2021. Angka tersebut berkurang sekitar 4.000 orang dari seminggu yang lalu.

Baca Juga: Achal Lia Unggah Kelakar Palembang Seputar Curhatan Editor Dibikin Lawakan, Begini Jadinya

Baca Juga: 12 Beauty Vlogger Panutan dan Inspiratif di Indonesia, Mana yang Sering Kamu Tonton?

Spahn mengatakan, dia dapat memahami kebingungan banyak orang Jerman tentang tindakan lockdown yang diperpanjang dan diintensifkan beberapa hari terakhir meskipun jumlah kasusnya turun.

Ketidakpuasan publik tercermin dalam banyaknya email, panggilan telepon, dan surat yang dia terima.

“Angka-angka dalam beberapa hari terakhir ini menggembirakan. Mereka menuju arah yang benar. Tingkat infeksi menurun. Kami melihat pelonggaran pertama di bangsal perawatan intensif, tetapi itu masih menjadi beban yang cukup besar dengan banyak pasien Covid-19 di bangsal perawatan intensif di rumah sakit,” kata Jens Spahn.

“Namun jumlahnya masih terlalu tinggi, dan yang kami butuhkan adalah bersama-sama menggunakan langkah-langkah intensif, meskipun banyak kesulitan yang mereka bawa untuk terus menekan jumlahnya (kasus infeksi Covid-19) sehingga virus ini dapat dikendalikan,” katanya.

Selama berbulan-bulan, tingkat virus Corona di Jerman terlalu tinggi untuk memungkinkan pelacakan kontak, yang menurut Spahn adalah alat penting untuk dapat mengendalikan penyakit.

Baca Juga: 7 Aplikasi Edit Foto Terbaik dan Terbaru 2021 di Smartphone Ala Selebgram

Baca Juga: Ketua Satgas Dinyatakan Positif Covid-19, Doni Monardo Ungkap Tak Rasakan Gejala Apapun!

Karena hampir 5.000 tempat tidur unit perawatan intensif yang saat ini digunakan untuk pasien Covid-19, Spahn menegaskan bahwa sangat penting untuk mengurangi jumlah yang dirawat di rumah sakit untuk mencegah sistem kesehatan menjadi kewalahan.

“Jika kita melihat negara-negara lain di Eropa, kita dapat melihat betapa cepatnya situasi menjadi meradang lagi,” katanya.

Menghadapi kritik baru tentang lambatnya kemajuan program vaksin Jerman dibandingkan dengan negara lain seperti inggris, Spahn mengatakan dia yakin bahwa vaksin itu akan segera bertambah begitu kapasitas produksi meningkat.

Vaksin dengan pabrik baru untuk perusahaan BioNtech diharapkan akan selesai bulan depan, dan vaksin AstraZeneca juga akan tersedia di Jerman dalam beberapa hari mendatang.

“Sejauh ini, 1,5 juta orang telah menerima suntikan vaksin itu,” ujar Spahn.

Baca Juga: Suka Cerita Attack on Titan? Berikut 5 Judul Anime Dengan Jalan Cerita yang Hampir Sama!

Baca Juga: Tips Jitu Cara Atasi Gugup dan Tak Percaya Diri saat Sidang Skripsi, No 3 Wajib Diketahui!

Dia mengatakan sejauh ini 60% penghuni panti jompo telah menerima suntikan pertama, dari total 80% yang ditawarkan.

Tingkat penerimaan untuk pegawai kesehatan juga saat ini lebih tinggi dari yang diharapkan, yaitu sekitar 80% di antaranya sejauh ini telah menerima tawaran tersebut.

Dia mengatakan pemerintah Jerman akan mengikuti saran ilmiah bahwa perlindungan tertinggi akan diberikan jika jarak antara dosis pertama dan kedua antara tiga sampai enam minggu.

Dengan fokus pada yang paling rentan, dia mengatakan dia tidak ingin mengambil resiko situasi di mana mutasi dapat lolos meninggalkan orang tua yang sangat rentan terhadap infeksi.

“rekomendasi dari komisi vaksin kami adalah jarak waktu antara dosis pertama dan kedua harus antara tiga sampai maksimal enam minggu,” ujar Jens Spahn.***

Editor: Shara Amalia

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler