Dinilai Nodai Warisan Leluhur, Budayawan Minta Karpet Bermotif Mega Mendung diganti

14 Agustus 2020, 11:10 WIB
Karpet lantai bermotif Mega Mendung, yang terpasang di Gedung Griya Sawala DPRD Kota Cirebon. /Pikiran-Rakyat.com/Egi Septiadi/

JURNALSUMSEL.COM - Budayawan geram dan naik pitam gegara karpet bermotif Mega Mendung terpasang di lantai Gedung Griya Sawala Gedung DPRD Kota Cirebon Jawa Barat.

Pemerhati budaya dan sejarah Cirebon Mustaqim Asteja mengungkapkan kekesalannya karena karpet yang sudah dipasang dan di injak-injak itu telah menodai karya seni warisan leluhur.

Seperti dikutip Jurnalsumsel.com dari Pikiran Rakyat.com. Publikasi atau mengenalkan tentang seni dan sejarah di daerah itu sangatlah penting. Namun, jangan salah penerapan sehingga menjadi bahan tertawaaan orang.

Baca Juga: Usai Idul Adha, Hagia Sophia Jadi Kluster Baru Penyebaran Covid-19

Terlebih, sambungnya, kasusnya di Gedung DPRD, DPRD adalah sebagai wakil rakyat, seharusnya bisa berdiskusi dengan kami para budayawan sebelum karpet itu dibuat dan dipasang.

"Saya nilai penempatannya tidak tepat, karena biasanya motif mega mendung sendiri berada di atas, sebagai menandakan rahmat dari langit yang tinggi, " ungkapnya.

Sementara itu Pemerhati Budaya dan Sejarah Cirebon, Jajat Sudrajat, mengatakan, dengan adanya kasus tersebut pihak DPRD Kota Cirebon telah menistakan hasil karya seni budaya Cirebon.

Dia mengatakan karya batik mega mendung yang bernilai adiluhung dijadikan karpet.

Baca Juga: Diet Super Mudah ala Priyanka Chopra

"Motif batik mega mendung mempunyai makna filosofi, mengayomi, mengantungkan cita-cita setinggi langit. Harusnya ada di atas atau di dinding, bukan untuk diinjak-injak," katanya.

Diungkapkan Jajat, batik motif mega mendung merupakan hasil karya Panembahan Losari. Motif mega mendung sendiri terinspirasi dari tumpukan batu karang di Goa Sunyaragi.

Sehingga Panembahan Losari terinspirasi menciptakan batif mega mendung ini. Penembahan Losari merupakan cicitnya Sunan Gunung Jati. Banyak karya yang dibuatnya. Salah satu karya yang sangat fenomenal adalah Kereta Singa Barong,” ungkapnya.

Baca Juga: Belum Juga Dapat Mobil yang Kompetitif, Sean Gelael Masih Percaya pada DAMS

Masih kata Jajat, karpet bermotif batik mega mendung di lantai ruang rapat Griya Sawala DPRD Kota Cirebon dianggap telah menodai karya seni budaya warisan leluhur. Karena tidak menempatkan karya seni warisan budaya pada tempatnya.

Menjelang satu Sura atau jelang Hari Jadi Kota Cirebon kok ternodai dengan hal ini. Kelihatannya sepele, tapi ini mengandung makna yang sangat riskan.

Bagaimana orang lain mau mencintai dan menghormati serta menjunjung tinggi, di gedung rakyatnya saja diinjak-injak dan disepelekan.

"Ibaratnya mega mendung dijadikan keset. Saya selaku pemerhati budaya dan sejarah Cirebon kecewa berat," tuturnya.

Baca Juga: Jumlah Uang yang Bisa Diraup Sriwijaya FC dan Muba Babel United Jika Tembus Semifinal Liga 2

Jajat meminta Pemerintah dan DPRD Kota Cirebon untuk segera mengganti karpet lantai batik mega mendung tersebut.

Sementara terkait hal itu belum ada keterangan pasti dari pihak DPRD, padahal Anggota DPRD lainnya sempat memberitahu kepada Ketua DPRD Affiati, saat sejumlah wartawan meminta keterangan terkait karpet bermotif Mega mendung tersebut.***(Egi Septiadi/Pikiran-rakyat.com)

Editor: Mula Akmal

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler