Kementerian Kesehatan Siapkan 2 Skenario untuk Antisipasi Varian Lambda, Mu, dan C.1.2

16 September 2021, 10:13 WIB
ILUSTRASI Varian Baru Covid-19. /Pixabay/ Gerd Altmann

JURNALSUMSEL.COM - Selain Covid-19 dan varian Delta, Indonesia kini mewaspadai tiga varian baru yakni varian Lambda, varian Mu, dan varian C.1.2 yang disinyalir sama berbahayanya dengan dua virus terdahulu.

Bahkan, beberapa varian Covid-19 seperti varian Mu dan Lambda sudah terdeteksi di Indonesia meski tak sebanyak varian Delta.

Varian Lambda dan Mu sendiri sudah diteliti WHO dan diklaim berasal dari Amerika Selatan.

Penelitian WHO juga menyebutkan bahwa varian Mu ternyata bisa menurunkan efektivitas vaksin.

Baca Juga: Para Pemain 'The Penthouse' Akan Reuni di Variety Show Terbaru tvN, 3 Penjahat Utama Akan Memandu Acara

Analisa secara scientific masih dilakukan apa dampaknya tapi yang paling sering keluar di jurnal-jurnal bahwa kedua varian ini memiliki kemampuan untuk menghindari sistem kekebalan tubuh kita. Sehingga, efektivitas dari vaksin yang diberikan akan menurun terhadap dua varian ini," katanya.

Selain itu, pemerintah turut mengantisipasi varian C.1.2 yang ditemukan di Afrika Selatan lantaran diklaim kebal terhadap vaksin Covid-19, varian C.1.2 mampu cepat bermutasi.

Sebelumnya, artikel ini telah lebih dulu terbit di Pikiran Rakyat dengan judul "Sebut Varian Baru Virus Corona yang Kebal Terhadap Vaksin, Kementerian Kesehatan Siapkan 2 Skenario".

"Varian ini mutasinya banyak sekali. Sama seperti yang lainnya, bisa menghindari sistem kerja imunitas kita yang sudah terbentuk berdasarkan varian-varian sebelumnya," tutur Menkes.

Baca Juga: Segera Daftar di DTKS Kemensos, Bansos PKH, BST, dan BPNT/Kartu Sembako Cair September 2021

Oleh karena itu, ia menyebutkan bahwa pemerintah melalui Kementerian Kesehatan tengah merancang skema penanganan Covid-19 untuk 2022.

Skenario tersebut dibuat berdasarkan perkembangan mutasi virus Corona yang ada saat ini dan potensi penularnya di Indonesia.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa setidaknya ada dua skenario, yaitu skema A, tidak terjadinya lonjakan varian baru virus Corona (kondisi berubah pandemi ke endemi) dan skenario B, jika terjadi lonjakan Covid-19 dengan kemunculan varian baru.

"Kita menggunakan dua asumsi. Pertama, asumsi bahwa tidak ada (lonjakan) varian baru, sehingga kondisinya normal, berubah dari pandemi ke endemi," kata Budi Gunadi yang dikutip dari PMJ News, Kamis, 16 September 2021.

Baca Juga: Alvin Faiz Bantah Tudingan Soal Nafkah untuk Yusuf: Nominal Aslinya pun di Atas Rp3 Juta

Budi Gunadi mengatakan bahwa kedua skenario tersebut telah dibicarakan dan diskusikan bersama Kementerian Keuangan untuk mempersiapkan anggaran.

"Tapi opsi kedua adalah kalau ada varian baru, lalu terjadi lonjakan. Kedua opsi ini sudah kami bicarakan, diskusikan dengan Kementerian Keuangan agar skenario-skenario ini dipersiapkan mengenai anggarannya," katanya

Pada skenario endemi, Kemenkes memperkirakan kasus Covid-19 setahun berkisar pada angka 1,9 juta kasus.

Pasalnya, sejak Maret 2020 hingga saat ini sudah ada empat juta kasus Covid-19.

"Jadi, untuk skenario A, yaitu kondisinya membaik terus. Ada 1,9 juta kasus. Skenario B, kalau terjadi ada lonjakan pada varian baru yang mengakibatkan lonjakan kasus, kami mengestimasikan ada 3,9 juta kasus," tuturnya.

Ia menyebutkan bahwa jumlah tersebut 2 juta kasus lebih tinggi dibandingkan masa normal.***(Mutia Yuantisya/Pikiran Rakyat)

Editor: Aisa Meisarah

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler