6 Kain Tradisional Indonesia yang Mendunia, Ada Songket Palembang

24 Oktober 2020, 06:06 WIB
Ada lima jenis Songket Palembang yang populer. /(Dok. Palembang Tourism)

JURNALSUMSEL.COM - Indonesia adalah negara yang menyimpan jutaan pesona.

Mulai dari destinasi wisata yang mempesona, kuliner yang menggoyang lidah, hingga atraksi budayanya yang mengagumkan.

Berbicara mengenai budaya Indonesia yang kaya, kain tradisional yang merupakan warisan budaya Indonesia, wajib Anda kenali lebih dalam.

Selama ini Anda mungkin sudah mengenal beberapa jenis kain asli Indonesia, misalnya kain batik atau kain tenun.

Baca Juga: Ramalan Kesehatan Zodiak Leo, Gemini, Scorpio dan Cancer Hari Ini Sabtu 24 Oktober

Baca Juga: Sektor Pariwisata Diyakini Cepat Pulih, Kemenparekraf Andalkan Program Hibah Pariwisata Rp3,3 T

Ternyata, selain kedua kain tradisional tersebut, masih banyak jenis kain tradisional lainnya yang juga sangat indah.

Tak hanya estetik, kain-kain tersebut juga ternyata sarat makna. Penasaran apa saja? Ini dia ulasan lengkapnya.

1. Songket Minangkabau

Bagi Suku Minang, Songket menjadi bagian yang tak terpisahkan.

Pasalnya, kain tradisional ini masih dikenakan untuk berbagai upacara adat, baik upacara adat tingkat tinggi seperti upacara Batagak Pangulu (Pengangkatan Pemimpin Adat), maupun ragam prosesi dalam upacara pernikahan.

Sejarah Songket Minangkabau sendiri berasal dari Kerajaan Sriwijaya yang kemudian dikembangkan melalui Kerajaan Melayu, hingga akhirnya masuk ke ranah Minang.

Motif-motif Songket Minangkabau hadir dalam wujud simbol-simbol alam, terutama tumbuhan.

Baca Juga: Indonesia Bakal Punya Tim Balap MotoGP, Namanya Mandalika Racing Team

Sebut saja beberapa motif Songket Minangkabau antara lain Bungo Malur, Kudo-Kudo, Kain Balapak Gadang, Pucuak Ranggo Patai, Pucuak Jawa, Pucuak Kelapa, dan masih banyak lagi.

Dua motif yang paling terkenal Songket Minangkabau adalah motif Kaluak Paku dan Pucuak Rabuang.

Kedua motif ini punya makna yang mendalam Kaluak Paku (lekuk pucuk pakis muda) memiliki makna introspeksi diri di mana sebelum menilai orang lain, nilailah diri sendiri.

Sedangkan, motif Pucuak Rabuang melambangkan kehidupan yang bermanfaat.

Baca Juga: Fan Meeting Red Velvet Dibatalkan, Imbas Kontroversi Irene Red Velvet?

Diambil dari filosofi rabuang (bambu muda) yang hingga tuanya mencerminkan proses kehidupan yang bermanfaat, motif ini punya nilai yang mendalam bahwa manusia pun, sepanjang kehidupannya harus bermanfaat.

2. Songket Palembang

Selain Minangkabau, songket juga menjadi kebanggaan di Palembang. Pada tahun 2013 silam, Songket Palembang diresmikan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.

Sebagai kain tradisional yang diwariskan secara turun temurun, kain Songket Palembang tak hanya memiliki nilai keindahan dan seni yang tinggi, tetapi juga sarat akan makna filosofis, yakni melambangkan kemakmuran, kejayaan, serta keberanian.

Kata 'songket' sebenarnya berasal dari kata sungkit yang artinya mengait.

Baca Juga: Harga Karet di Sumsel Naik, Kebutuhan Pokok Ikut Meroket

Nama tersebut diberikan karena dianggap cukup mewakili proses pembuatan kainnya, yakni dengan cara mengaitkan kain tenun, lalu menyelipkan benang emas, kemudian ditenun kembali hingga sempurna.

Kain Songket Palembang terdiri dari beberapa jenis, di antaranya Songket Lepus, Songket Tabur, Songket Bunga, Songket Limar, Songket Tretes, dan Songket Rempak.

3. Lurik Yogyakarta

Kain yang ditenun dengan motif garis-garis searah ini sangatlah indah dan cocok untuk dibuat menjadi berbagai macam pakaian.

Kain tradisional dari Jogja ini biasanya dibuat dari serat kapas, serat kayu, serat sutera, atau serat sintetis.

Baca Juga: House of Hummingbird Raih 2 Penghargaan di 29th Buil Film Awards

Untuk kain tenun tradisional, biasanya pembuatannya menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang digerakkan oleh manusia di mana pengrajin akan memintal serat dengan tangan.

Meski sudah banyak digunakan untuk acara modern, hingga saat ini kain Lurik juga biasa digunakan untuk upacara adat, misalnya saja saat acara mitoni dan labuhan.

4. Sasirangan Banjar

Suku Banjar di Kalimantan Selatan juga memiliki kain adat sendiri yang disebut dengan kain Sasirangan.

Menurut catatan sejarah, kain ini sudah ada sejak abad ke-12.

Baca Juga: Gempa 92 kali, Warga Bengkulu Diminta Waspada

Menurut cerita dari penduduk setempat, kain ini merupakan karya dari Patih Lambung Mangkurat setelah ia bertapa di atas rakit Balarut Banyu selama 40 hari 40 malam.

Kain Sasirangan memiliki teknik serta motif yang khas. Motif kain ini dibuat dengan teknik jelujur atau garis vertikal yang memanjang dari atas ke bawah.

Ada tiga jenis motif utama kain Sasirangan antara lain motif lajur, motif ceplok, dan motif variasi.

Masing-masing motif juga memiliki makna yang berbeda mulai dari kekuasaan, kejujuran, keindahan, keakraban, dan masih banyak lagi.

Baca Juga: Tukang Bangunan dan Mandor Jadi Tersangka Kasus Kebakaran Gedung Kejagung

5. Tenun Lombok

Kain ini banyak dicari dan dikagumi oleh para kolektor dan wisatawan dari berbagai penjuru dunia.

Kain yang proses pembuatannya bisa sampai puluhan hari ini memang sangat istimewa dan memiliki nilai estetik yang sungguh memikat.

Keindahan itu dihasilkan dari keuletan para perempuan yang menenun dengan cara yang masih tradisional, serta penggunaan kapas dan pewarna yang juga masih alami.

6. Endek Bali

Endek adalah kain tenun yang berasal dari Bali yang sempat ramai diperbincangkan sebab kain indah ini masuk koleksi Spring/Summer 2021 rumah mode ternama dunia, Dior.

Baca Juga: Plt Dirjen PHU Minta Penguatan Moderasi Beragama dalam Manasik Haji

Sejarahnya, kain ini mulai berkembang sejak tahun 1985 pada pemerintahan Raja Dalem Waturenggong di Gelgel Klungkung, Bali.

Nama Endek berasal dari “endek” atau “ngendek” yang berarti diam atau tetap dan tidak berubah warnanya.

Jadi, ketika proses pembuatannya, benang yang diikat dan dicelupkan pada pewarna, benang tersebut warnanya tidak berubah.

Kain tenun Endek ini juga punya motif yang beragam. Setiap motifnya punya makna dan penggunaannya masing-masing.

Baca Juga: Berikut 6 Kegiatan Seru yang Bisa Dihabiskan Bersama Keluarga saat Libur Panjang

Motif patra dan encak saji misalnya, kedua motif tersebut bersifat sakral dan hanya digunakan pada saat upacara keagamaan.

Sedangkan, motif kain Endek lainnya, seperti flora, fauna, tokoh pewayangan, dan motif geometris biasa dikenakan untuk kegiatan sosial atau menjalani kehidupan sehari-hari.

Bangga sekali bukan menjadi bagian dari Indonesia yang kaya akan budayanya yang indah dan penuh makna.

Selain mengetahui keragaman kain tradisional Indonesia, kita harus aktif melestarikan kerajinan, kebudayaan, serta alam yang ada.***

Editor: Mula Akmal

Sumber: Kemenparekraf

Tags

Terkini

Terpopuler