Mengulik Asal Muasal Nama Jembatan Kretek Kewek

- 7 Agustus 2020, 16:49 WIB
RANGKAIAN kereta api barang melintas di jembatan di atas Kretek Kewek yang menghubungkan Kota Baru dengan Malioboro Yogyakarta.*
RANGKAIAN kereta api barang melintas di jembatan di atas Kretek Kewek yang menghubungkan Kota Baru dengan Malioboro Yogyakarta.* /Instagram/novai_rf_daop6yk

JURNALSUMSEL.COM - Yogyakarta menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang banyak digemari wisatawan. Baik dari dalam negeri, maupun internasional.

Maklum, banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi. Satu di antaranya adalah Jembatan Kretek Kewek, jembatan yang menghubungkan wilayah Kota Baru dengan Malioboro.

Bagian atas jembatan merupakan jalur rel dari arah Stasiun Tugu Yogyakarta ke arah timur Stasiun Lempuyangan. Sedangkan bagian bawah merupakan jalur jalan yang dilalui kendaraan.

Baca Juga: DPR: Sanksi Pelanggar Protokol Kesehatan Harus Bersifat Mendidik

Jembatan Kretek Kewek ini berada di atas Sungai Code.

Jembatan ini sudah ada sejak lama ketika jalur kereta api dibuat dan Belanda mulai membangun kawasan tempat tinggal di Kota Baru wilayah Kecamatan Gondokusuman pada tahun 1920-an. Jembatan ini merupakan jalan penghubung dua tempat. 

Sebagaimana diberitakan portaljogja.com dalam artikel "Jembatan di Yogyakarta Ini Disebut Kretek Kewek, Kenapa?" dijelaskan Kretek Kewek sebenarnya berasal dari Bahasa Belanda. Kerg berarti Gerja dan Weg berarti Jalan.

Sebab di Kota Baru ada Gereja Katolik Santo Antonius.

Kerkweg berati jalan menuju gereja. Namun karena lidah orang Jawa susah mengucapkannya kemudian lama-lama orang menyebutkan Kretek Kewek.

Baca Juga: Kebakaran Tangga Buntung, Warga Lagi Yasinan Berhamburan Keluar Rumah

Karena Kota Baru menjadi pemukiman orang Belanda dan Eropa maka bila akhir pekan atau hendak berbelanja pasti ke kawasan Maloboro dan sekitarnya yang merupakan pusat keramaian waktu itu.

Saat ini tidak banyak yang tahu nama Kretek Kewek. Orang menyebut di dekat kawasan itu hanya Stasiun Tugu, Taman Parkir Abu Bakar Ali saja. Jembatan ini dulunya hanya satu, namun sekarang sudah dibuat jadi dua. *** (Bagus Kurniawan/Portal Jogja)

Editor: Muhammad Wirawan Kusuma

Sumber: Portal Jogja (PRMN)


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x