Karpet Bermotif Mega Mendung di Gedung DPRD Cirebon Tuai Polemik, Pemerhati Budaya Geram

- 15 Agustus 2020, 10:49 WIB
Warga melintas diatas karpet lantai bermotif Mega Mendung, yang terpasang di Gedung Griya Sawala DPRD Kota Cirebon.
Warga melintas diatas karpet lantai bermotif Mega Mendung, yang terpasang di Gedung Griya Sawala DPRD Kota Cirebon. /Pikiran-Rakyat.com/Egi Septiadi/

JURNALSUMSEL.COM -‎ Karpet bermotif Mega Mendung yang terpasang di lantai Gedung Griya Sawala Gedung DPRD Kota Cirebon Jawa Barat,  mencuri perhatian publik.

Tak sedikit yang mengecam hal ini karena dinilai telah melecehkan karya seni warisan leluhur karena diinjak-injak orang yang melewati karpet tersebut.

Banyak yang meminta DPRD Kota Cirebon untuk segera mengganti karpet tersebut.

Baca Juga: Jumlah Penumpang Naik, Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Perpanjang Jam Operasional

Pemerhati sejarah Cirebon Mustaqim Asteja mengatakan kepada Pikiran Rakyat.com,  publikasi atau mengenalkan tentang seni dan sejarah di daerah itu sangatlah penting.

Namun, jangan salah dalam penerapan sehingga menjadi bahan tertawaaan orang.

Warga melintas diatas karpet lantai bermotif Mega Mendung, yang terpasang di Gedung Griya Sawala DPRD Kota Cirebon. /Pikiran-Rakyat.com/Egi Septiadi
Warga melintas diatas karpet lantai bermotif Mega Mendung, yang terpasang di Gedung Griya Sawala DPRD Kota Cirebon. /Pikiran-Rakyat.com/Egi Septiadi

Terlebih ini kasusnya di gedung wakil rakyat, seharusnya DPRD bisa berdiskusi dengan para budayawan sebelum karpet itu dibuat dan dipasang.

"Saya nilai penempatannya tidak tepat, karena biasanya motif mega mendung sendiri berada di atas, sebagai menandakan rahmat dari langit yang tinggi, " ungkapnya sebagaimana diberitakan Pikiran-rakyat.com sebelumnya dalam artikel "Geram, Motif Mega Mendung Dijadikan Karpet dan Diinjak, 'Nodai Makna Karya Seni Warisan Leluhur'".

Sementara itu Pemerhati Budaya dan Sejarah Cirebon, Jajat Sudrajat, mengatakan, dengan adanya kasus tersebut pihak DPRD Kota Cirebon telah menistakan hasil karya seni budaya Cirebon. 

Baca Juga: Bayern Munchen Lumat Barcelona 8-2: Coutinho Luar Biasa, Messi Tak Berdaya

Karena karya batik mega mendung yang bernilai adiluhung dijadikan karpet.

"Motif batik mega mendung mempunyai makna filosofi, mengayomi, mengantungkan cita-cita setinggi langit. Harusnya ada di atas atau di dinding, bukan untuk diinjak-injak,” katanya.

Warga melintas diatas karpet lantai bermotif Mega Mendung, yang terpasang di Gedung Griya Sawala DPRD Kota Cirebon. /Pikiran-Rakyat.com/Egi Septiadi
Warga melintas diatas karpet lantai bermotif Mega Mendung, yang terpasang di Gedung Griya Sawala DPRD Kota Cirebon. /Pikiran-Rakyat.com/Egi Septiadi

Diungkapkan Jajat, batik motif mega mendung merupakan hasil karya Panembahan Losari. Motif mega mendung sendiri terinspirasi dari tumpukan batu karang di Goa Sunyaragi.

Sehingga Panembahan Losari terinspirasi menciptakan batif mega mendung ini. Penembahan Losari merupakan cicitnya Sunan Gunung Jati. 

"Banyak karya yang dibuatnya. Salah satu karya yang sangat fenomenal adalah Kereta Singa Barong,” ungkapnya.

Baca Juga: Viral di TikTok, Begini Cara Sederhana Bikin Roti Awan atau 'Cloud Bread'

"Menjelang satu Sura atau jelang Hari Jadi Kota Cirebon kok ternodai dengan hal ini," tambahnya.

Menurutnya, masalah ini kelihatannya sepele, tetapi mengandung makna yang sangat riskan.

"Bagaimana orang lain mau mencintai dan menghormati serta menjunjung tinggi, di gedung rakyatnya saja diinjak-injak dan disepelekan,"tuturnya.

"Ibaratnya mega mendung dijadikan keset. Saya selaku pemerhati budaya dan sejarah Cirebon kecewa berat," lanjutnya lagi.

Baca Juga: Oknum Dosen Pelaku Seks Oral Bermodalkan Uang Rp20 Ribu

Jajat meminta Pemerintah dan DPRD Kota Cirebon untuk segera mengganti karpet lantai batik mega mendung tersebut.

Sementara terkait hal itu belum ada keterangan pasti dari pihak DPRD. Padahal Anggota DPRD lainnya sempat memberitahu kepada Ketua DPRD Affiati, saat sejumlah wartawan meminta keterangan terkait karpet bermotif Mega mendung tersebut. ***(Egi Septiyadi/Pikiran-Rakyat)

Editor: Muhammad Wirawan Kusuma

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x