VIRAL! Burung Merpati Seharga Rp19 M, Simak Kisahnya dari Dahulu Kala

13 Oktober 2020, 11:19 WIB
Burung merpati balap yang memiliki kemampuan terbang lebih cepat dibanding burung merpati biasa. Ada burung merpati yang harga jualnya mencapai Rp19 M. /Freepik

JURNALSUMSEL.COM - Burung merpati adalah salah satu burung peliharaan yang paling diminati.

Burung merpati dikenal punya banyak kegunaan. Mulai dari mengirim pesan, untuk hiburan, bahkan bisa disantap untuk makanan.

Burung merpati dikenal sebagai peliharaan tertua dan dikenal selama ribuan tahun.

Baca Juga: CPNS 2021 Dibuka Secara Terbatas, Ini Bocoran Formasinya

Burung merpati di dunia pada umumnya dihargai tidak hanya karena kecepatannya tetapi juga karena penampilannya.

Ada lebih dari 800 jenis merpati. Banyak di antaranya dibiakkan secara khusus untuk dipamerkan di pertunjukan.

Merpati kurir digunakan di seluruh Mesir dan Roma kuno, dan nilainya yang tinggi bukanlah hal baru.

Baca Juga: Lowongan Kerja SMK: Sannohashi Manufacturing Indonesia Buka 1 Posisi

Menurut Pliny the Elder, banyak orang sangat menyukai burung merpati.

"Membangun kota untuk mereka di atas atap mereka, dan menikmati hubungan silsilah dan asal usul yang luhur dari masing-masing merpati," tuturnya seperti yang dikutip Jurnal Sumsel dari Portal Jember yang melansir Business Insider.

Dan pada sekitar 50 SM, sepasang merpati dijual seharga 400 dinar, hampir dua kali lipat gaji tahunan prajurit Romawi pada saat itu.

Baca Juga: Mantan Ketua DPR Ini Akui Beri Makan Mahasiswa Saat Demo UU Ciptaker, Dalangnya Bukan SBY

Dan sampai telegraf ditemukan, pada tahun 1844, merpati pos tetap menjadi cara tercepat untuk mengirim pesan jarak jauh.

Burung merpati dapat terbang sejauh 1.000 mil dalam satu perlombaan dan dapat mencapai 90 mil per jam dalam jarak yang lebih pendek.

Mereka bahkan memainkan peran besar dalam perang dunia, ribuan merpati digunakan hanya dalam Perang Dunia Pertama.

Baca Juga: Ini Dia Aplikasi Online Groceries yang Harus Kamu Tahu Selama Pandemi

Kapal selam, penyapu ranjau, dan tank sering membawa merpati ke atas kapal untuk mengirim pesan mendesak kembali ke pangkalan.

Peran mereka dalam perang tidak terbatas pada pengiriman pesan.

Pada tahun 1907, Julius Neubronner, seorang apoteker Jerman yang menggunakan burung untuk mengantarkan obat, menemukan kamera merpati miniatur yang digunakan militer Jerman sebentar dalam perang untuk pengintaian udara.

Baca Juga: Ridwan Kamil Sebut 2 Vaksin Covid-19 Bakal Dipakai di Indonesia, Apa Saja?

Hari-hari sekarang, kita tidak akan melihat banyak merpati mengirimkan pesan.

Akan tetapi burung-burung tersebut masih digunakan dalam balapan di seluruh dunia.

Di Indonesia sendiri, merpati sampai saat ini masih banyak digemari oleh para pecinta merpati.

Merpati-merpati ini ramai diikutkan dalam perlombaan.

Baca Juga: Kisah Pengusaha Sukses yang Menginspirasi, Mulai dari Bill Gates Hingga Jack Ma

Perlombaan merpati sendiri ada beberapa jenis, seperti merpati kolong bebas, merpati kolong mega, merpati ketumprang, merpati balap dan lain sebagainya.

Salah satu jenis merpati di Indonesia sendiri juga pernah terjual senilai Rp1 M lho pada pertengahan tahun 2019. Merpati tersebut adalah jenis merpati balap.

Karena kepopuleran merpati lah, merpati-merpati ini bernilai fantastis di masyarakat, termasuk juga keahliannya.

Apalagi di negeri tirai bambu, Tiongkok. Salah satu jenis burung merpati bernilai lebih di sana. Mengapa?

Baca Juga: Mengenal Aglaonema, Si Cantik Pembawa Rejeki di Tengah Pandemi

Mulanya, setelah perang di jaman dahulu, olahraga menjadi hiburan kelas pekerja, dan terjangkau oleh banyak orang.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, olahraga telah berubah.

Popularitasnya yang meningkat di Tiongkok dan lonjakan kekayaan yang besar di sana telah membuat orang menginvestasikan ratusan ribu dolar pada burung.

Hadiah uang untuk memenangkan beberapa balapan bisa sama tingginya.

Baca Juga: Kata Bijak Kehidupan dari BTS yang Bisa Direnungi di Tengah Pandemi

Penawar Tiongkok telah menghabiskan jutaan dolar untuk merpati selama beberapa tahun terakhir, dan sering kali membelinya dari Belgia.

Seperti Bolt, ia laku 310.000 euro atau sekitar Rp 5,3 M pada 2013.

Lalu ada Nadine, terjual 400.000 euro atau hampir Rp 7 M pada 2017, dan New Bliksem yang seharga 376.000 euro atau Rp 6,5 M pada 2018.

Dan nilai Armando naik gila-gilaan menjadi $ 1,3 juta atau sekitar Rp 19 M lebih, hanya karena perang penawaran antara dua penawar Tiongkok yang kaya raya tajir melintir.

Baca Juga: 7 Makanan yang Tak Boleh Dikonsumsi Penderita Tipes, Buah dan Sayuran Juga Ternyata

Weleh-weleh, bisa buat beli apa saja tuh?

Meski mencapai rekor harga tersebut, Armando sepertinya tidak akan pernah balapan lagi dan malah digunakan untuk pembibitan.

Sementara jumlah peternak merpati Inggris telah turun dari 60.000 pada tahun 1990 menjadi sekitar 21.000 pada pertengahan 2019.

Ada 100.000 peternak di Beijing, dan Taiwan sendiri memiliki setengah juta peternak. Dan jumlahnya terus meningkat.

Baca Juga: Gaji Cristiano Ronaldo di Juventus selama Setahun Bisa Bayar Upah Pemain 4 Klub Serie A!

Olahraga ini bahkan berkembang pesat di Irak, dan seekor merpati pernah dijual seharga $ 93.000 atau sekitar Rp 1,3 M, waduh!

Lonjakan nilai baru-baru ini telah menyebabkan masalah.

Pada tahun 2018, dua pria mencoba memenangkan hadiah uang pada perlombaan merpati dengan menyelundupkan burung mereka dengan kereta peluru.

Dan di Taiwan bahkan, kelompok kriminal terorganisir menculik merpati balap yang berharga dan menahan mereka untuk mendapatkan uang tebusan.

Baca Juga: Termakan Hoaks Prakerja Gelombang 11, Warga Kuningan Serahkan Data Pribadi

Dunia balap merpati yang baru di seluruh Tiongkok ini telah mengubah reputasi olahraga tersebut.

Bagi mereka yang punya uang untuk membeli pemenang hadiah, burung-burung ini adalah simbol status.

Tetapi bagi mereka yang telah melakukannya selama bertahun-tahun, ini bukan tentang uang, tetapi dedikasi dan kecintaan pada olahraga.***(Elvara Rocha Bella/Portal Jember)

Editor: Muhammad Wirawan Kusuma

Sumber: Portal Jember

Tags

Terkini

Terpopuler