Mengenal Lebih Dekat Syair-Syair Arab: Abu Nawas Sang Penyair Humor

10 November 2020, 11:00 WIB
Ilustrasi ibadah. /pixabay.com/mohamed_hassan

JURNALSUMSEL.COM – Syair Arab memang terkenal akan keindahan kata yang dimilikinya. Tak jarang pula syair Arab kerap dijadikan sebuah kajian keilmuan.

Ada banyak penyair Arab yang sangat dikenal dunia, salah satunya adalah Abu Nawas.

Abu nawas adalah seorang pujangga Arab dan merupakan salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik.

Abu Nawas juga merupakan tokoh sufi yang hidup pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad.

Ia juga dikenal sebagai seorang penyair yang cerdas dan cerdik dalam melontarkan kata-kata, sehingga banyak lahir anekdot jenaka yang sarat akan hikmah dan makna di dalamnya.

Abu Nawas juga dikenal sebagai pribadi yang jenaka dan terkadang sering melakukan hal-hal aneh.

Baca Juga: Jelang Kepulangannya, Jalan Petamburan Dekat Kediaman Habib Rizieq Lumpuh Total

Baca Juga: Habib Rizieq Shihab Kembali ke Indonesia, Berikut Detik-detik Kepulangannya

Syair-syair yang dibuat Abu Nawas dipelajarinya dari salah satu penyair Kofi terkenal yang bernama Al-Baba ibn Al-Habab yang juga terkenal akan kegilaan, dan kebebasannya.

Berikut Jurnal Sumsel rangkum dari beberapa sumber, syai-syair Abu Nawas, yaitu:

“duhai mata yang mempesona, engkau redup selamanya. Tatapanmu menguak rahasia yang tersimpan di dada. Perhatikanlah diri kita engkau menutupi meski engkau sendiri tanpa baju.seakan takdir menyembunyikanku, Engkau membunuhku tanpa harapan untuk balas dendam. Seakan pembunuhan itu adalah persembahan kepada Tuhan”

“aku puasa saat engkau marah dan berbuka saat engkau bahagia”

Baca Juga: Simpatisan Habib Rizieq Padati Bandara Soetta, Sampai Menkopolhukam Mahfud MD Ikut Turun Tangan

Baca Juga: Pendaftaran CPNS 2021 Akan Kembali Dibuka! 6 Tahapan yang Akan Harus Dilalui Oleh Calon Peserta

“wahai Tuhanku! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim”

“Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya”

5. “kutulis di atas pipiku satu kalimat untuknya: Duhai beratnya saat berpisah. Ia menjawab dengan gerakan jarinya “kupahami pesanmu namun untuk kita tiada lagi jalan bertemu”

6. “apakah engkau tahu betapa umurku sia-sia oleh permintaanya. Sedang permintaan itu alangkah sulitnya. Karena tak kudapat alasan untuk mendekatinya terpaksa sulit itu kulakukan juga. Aku menunaikan ibadah haji, dan kukatakan aku benar-benar telah haji. Duhai Jinan akhirnya kemudahan menyatukan aku dengannya”.***

Editor: Mula Akmal

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler