JURNALSUMSEL.COM- Isu Perang Dunia III mencuat setelah tewasnya Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani dalam serangan udara Amerika Serikat (AS) pada Januari 2020.
Kematian Mayor Jenderal Qassem Soleimani membuat Iran memberikan peringatan akan membalas dendam dengan lebih kejam kepada AS.
Hal ini membuat ketegangan antara negara di Timur Tengah, Eropa dan Rusia berada di ambang konflik atas Ukraina, dan Amerika Serikat terlibat dalam aksi militer di Irak, sehingga dapat memicu Perang Dunia III.
Terlebih, konflik pulau-pulau yang disengketakan di Laut Cina Selatan, Semenanjung Korea, dan Kashmir disebutkan menjadi pemicu lainnya.
Menurut Program Data Konflik Uppsala, 254 konflik bersenjata telah terjadi sejak 1946 di mana 114 di antaranya digolongkan sebagai perang.
Baca Juga: Lagi, Selebgram Millen Cyrus Diduga Positif Gunakan Narkoba, Nasehat Ashanty Tidak Digubris?
Baca Juga: Kembali Memanas, China Peringatkan Taiwan ‘Kemerdekaan Berarti Perang’
Diketahui, sejak akhir Perang Dingin, jumlah konflik bersenjata telah menurun drastis, 33 konflik bersenjata terdaftar pada 2013 tapi hanya tujuh yang digolongkan sebagai perang, yang mana ada penurunan 50 persen sejak 1989.
Beberapa faktor yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik bersenjata yang juga menurunkan risiko pecahnya Perang Dunia III.
Salah satu di antara upaya pencegahan terjadinya Perang Dunia 3 yaitu menurunkan perang proksi, proses perdamaian yang melibatkan PBB, dan pembangunan ekonomi.